Wednesday, June 17, 2015

FILSAFAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN



FILSAFAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Filsafat adalah berfikir secara murni untuk mencari makna yang sedalam-dalamnya, berfikir untuk mencari kebenaran, mewujudkan berfikir murni berupa ilmu atau, pengertian lain filsafat adalah :
  1. Filsafat sebagai aktifitas murni  ( efektif thingking) usaha untuk mengerti segala sesuatu secara mendalam, tingkat berfikir manusia tertinggi untuk memahami alam semesta,
  2. Filsafat sebagai produk  kegiatan berfikir murni, berupa wujud ilmu, hasil pemikiran dan penyelidikan filsafat. Filsafat ini juga berarti suatu bentuk ajaran tentang segala sesuatu sebagai suatu ideologi/ sebagai aktifitas rasio dan wujud
TUJUAN PENDIDIKAN
Menurut UU No 20 tahun 2003, tujuan pendidikan Indonesia adalah : Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia,sehat , berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab kepada bangsa dan negara.
             Tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai setiap program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan kurikulum merupakan program tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan kelembagaan pada khususnya yang dirumuskan secara bertahap, berjenjang dan berkesinambungan. Menurut Oemar Hamalik (2007,129) mengemukakan pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik yang mengcakup pengetahuan (kognitif) sikap (efektif) keterampilan (skill) perilaku hasil tindakan, serta pengalaman exploratis (pengalaman lapangan).
A.    Ontology Filsafat Pendidikan
Ontology merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit, tokoh yunani yang memiliki pandangan bersifat ontologis adalah Thales, Plato dan Aristoteles. Ontologi adalah disiplin ilmu, ontology filsafat pendidikan suatu kenyataan  dimana kehidupan manusia itu bersifat dinamis, temporal, spiritual serta pluralistic. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.

Ontologis; cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan pengetahuan?. Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
·         Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira cukup banyak. Hanya dua yang terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan. Yang natural ontologik akan diuraikan di belakang hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
·         Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
B.     Epistimologi Filsafat Pendidikan (Tekhnik Pendidikan)
·         Epistemology berasal dari bahasa yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti kata/pembicaraan/ilmu. Merupakan cabang filsafat pendidikan yang berkaitan dengan asal, sifat dan jenis pengetahuan.
·         Epistemology filsafat adalah pengetahuan dan kebenaran yang bersifat aktif, intelegensi dan operasionalisme intermediate dan mediate experiment yang merupakan ciri-ciri utama suatu pendidikan nasional.
·         Menyelidiki sember,syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas, validitas, dan hakekat ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah bidang tugas filsafat yang mencakup identifikasi dan pengujian kriteria pengetahuan dan kebenaran. Pernyataan kategoris yang menyebutkan bahwa “ini kita tahu” atau “ini adalah kebenaran” merupakan pernyataan-pernyataan yang penuh dengan makna bagi para pendidik karena sedikit banyak hal tersebut bertaut dengan tujuan pendidikan yang mencakup pencarian pengetahuan dan perburuan kebenaran.
Beberapa pandangan tentang konsep pendidikan:
1. Pendidikan sebagai manifestasi (education as manifestation).
Dengan analogi pertumbuhan bunga atau benih, dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses untuk menjadikan manifes (tampak aktual) apa-apa yang bersifat laten (tersembunyi) pada diri setiap anak.
2. Pendidikan sebagai akuisisi (education as acquisition)
Dengan analogi spon, pendidikan digambarkan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam memperoleh (menyerap) informasi dari lingkungannya.
3. Pendidikan sebagai transaksi (education as transaction)
Dengan analogi orang Eskimo di Baffin Bay yang “berinteraksi” (work together) dengan bebatuan yang ada di lingkungannya untuk membuat rumah batu (stone sculpture) yang secara organic sesuai dengan materialnya dan selaras dengan kemampuan pembuatnya. Pendidikan adalah proses memberi dan menerima (give and take) antara manusia dengan lingkungannya. Di sana seseorang mengembangkan atau menciptakan kemampuan yang diperlukan untuk memodifikasi atau meningkatkan kondisinya dan juga lingkungannya. Sebagaimana pula di sana dibentuk perilaku dan sikap-sikap yang akan membimbing pada upaya rekonstruksi manusia dan lingkungannya. Filsafat dan pendidikan berjalan bergandengan tangan, saling memberi dan menerima. Mereka masing-masing adalah alat sekaligus akhir bagi yang lainnya. Mereka adalah proses dan juga produk.
4. Filsafat sebagi proses (philosophy as process)
Filsafat sebagai aktivitas berfilsafat (the activity of philosophizing). Tercakup di dalamnya adalah aspek-aspek:
·         analisis (the analytic), yakni berkaitan dengan aktivitas identifikasi dan pengujian asumsi-asumsi dan criteria-kriteria yang memandu perilaku.
·         evaluasi (the evaluative), berkaitan dengan aktivitas kritik dan penilaian tindakan.
·         spekulasi (the speculative), berhubungan dengan pelahiran nalar baru dari nalar yang ada sebelumnya.
·         integrasi (the integrative), yakni konstruksi untuk meletakkan bersama atau mempertautkan kriteria-kriteria atau pengetahuan atau tindakan yang sebelumnya terpisah menjadi utuh. Jadi, proses filosofis itu membangun dinamika dalam perkembangan intelektual.
5. Filsafat sebagai produk (philosophy as product)
Produk dari aktivitas berfilsafat adalah pemahaman (understanding), yakni klarifikasi kata, ide, konsep, dan pengalaman yang semula membingungkan atau kabur sehingga bisa menjadi jernih dan dapat dimanfaatkan untuk pencarian pengetahuan lebih lanjut. Filsafat dengan “P” capital adalah suatu bangun pemikiran yang secara internal bersifat konsisten dan tersusun dari respon-respon yang dibuat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam proses berfilsat. Pertama-tama, Filsafat memang tampak sebagai suatu jawaban, posisi sikap, konklusi, ringkasan akhir, dan juga rencana final.

C.    Axiologi Filsafat Pendidikan
Axiology berasal dari kata axios yang artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal/ teori. Axiologi artinya teori nilai, penyelidikan tentang kodrat, criteria dan status metafisik dari nilai. Axiologi menurut  Rames bahwa bidang ini menyelidiki pengertian, jenis, tingkat, sumber dan hakekat pendidikan secara kesemestaan.
Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral (morals). Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends).
D.    dasar –Dasar Axiology Filsafat Pendidikan Adalah :
  • Filsafat pendidikan mempunyai landasan pancasila dan UUD `45
  • Filsafat pendidikan dapat membedakan secara hakiki sumber-sumber nilai kebenaran dalam suatu perwujudan,
  • Filsafat pendidikan merupakan sosial budaya dan kebudayaan umat manusia secara keseluruhan diperadaban manusia menurut tempat dan zamannya.
Load disqus comments

0 komentar