FILSAFAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Filsafat adalah berfikir secara
murni untuk mencari makna yang sedalam-dalamnya, berfikir untuk mencari
kebenaran, mewujudkan berfikir murni berupa ilmu atau, pengertian lain filsafat
adalah :
- Filsafat sebagai aktifitas murni ( efektif
thingking) usaha untuk mengerti segala sesuatu secara mendalam, tingkat
berfikir manusia tertinggi untuk memahami alam semesta,
- Filsafat sebagai produk kegiatan berfikir murni,
berupa wujud ilmu, hasil pemikiran dan penyelidikan filsafat. Filsafat ini
juga berarti suatu bentuk ajaran tentang segala sesuatu sebagai suatu
ideologi/ sebagai aktifitas rasio dan wujud
TUJUAN PENDIDIKAN
Menurut UU No 20 tahun 2003, tujuan
pendidikan Indonesia adalah : Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada tuhan YME, berakhlak mulia,sehat ,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab kepada bangsa dan negara.
Tujuan kurikulum adalah tujuan
yang hendak dicapai setiap program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan
kurikulum merupakan program tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan
kelembagaan pada khususnya yang dirumuskan secara bertahap, berjenjang dan
berkesinambungan. Menurut Oemar Hamalik (2007,129) mengemukakan pendidikan
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik yang mengcakup pengetahuan
(kognitif) sikap (efektif) keterampilan (skill) perilaku hasil tindakan, serta
pengalaman exploratis (pengalaman lapangan).
A.
Ontology Filsafat Pendidikan
Ontology merupakan salah satu kajian
kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit, tokoh yunani yang memiliki pandangan
bersifat ontologis adalah Thales, Plato dan Aristoteles. Ontologi adalah
disiplin ilmu, ontology filsafat pendidikan suatu kenyataan dimana
kehidupan manusia itu bersifat dinamis, temporal, spiritual serta pluralistic.
Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air
merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu.
Ontologis; cabang ini menguak
tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek
tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan pengetahuan?. Objek
telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi
filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi
banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan
tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam
setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang
meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
·
Objek Formal
Objek formal ontologi adalah hakikat
seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas
atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi
aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.
Referensi tentang kesemuanya itu penulis kira cukup banyak. Hanya dua yang
terakhir perlu kiranya penulis lebih jelaskan. Yang natural ontologik akan diuraikan
di belakang hylomorphisme di ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya
De Anima. Dalam tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya
mencari alternatif bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari
mental.
·
Metode dalam Ontologi
Lorens Bagus memperkenalkan tiga
tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk,
dan abstraksi metaphisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas
sesuatu objek; sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang
menjadi cirri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metaphisik mengetangahkan
prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas. Abstraksi yang dijangkau
oleh ontologi adalah abstraksi metaphisik. Sedangkan metode pembuktian dalam
ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : pembuktian a priori
dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term
tengah berada lebih dahulu dari predikat; dan pada kesimpulan term tengah
menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
B.
Epistimologi Filsafat Pendidikan
(Tekhnik Pendidikan)
·
Epistemology berasal dari bahasa yunani episteme yang
berarti pengetahuan dan logos yang berarti kata/pembicaraan/ilmu. Merupakan
cabang filsafat pendidikan yang berkaitan dengan asal, sifat dan jenis
pengetahuan.
·
Epistemology filsafat adalah pengetahuan dan kebenaran yang
bersifat aktif, intelegensi dan operasionalisme intermediate dan mediate
experiment yang merupakan ciri-ciri utama suatu pendidikan nasional.
·
Menyelidiki sember,syarat, proses terjadinya ilmu
pengetahuan, batas, validitas, dan hakekat ilmu pengetahuan.
Epistemologi adalah bidang tugas
filsafat yang mencakup identifikasi dan pengujian kriteria pengetahuan dan
kebenaran. Pernyataan kategoris yang menyebutkan bahwa “ini kita tahu” atau
“ini adalah kebenaran” merupakan pernyataan-pernyataan yang penuh dengan makna
bagi para pendidik karena sedikit banyak hal tersebut bertaut dengan tujuan
pendidikan yang mencakup pencarian pengetahuan dan perburuan kebenaran.
Beberapa pandangan tentang konsep
pendidikan:
1. Pendidikan sebagai manifestasi (education as
manifestation).
Dengan analogi pertumbuhan bunga
atau benih, dikatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses untuk menjadikan
manifes (tampak aktual) apa-apa yang bersifat laten (tersembunyi) pada diri
setiap anak.
2. Pendidikan sebagai akuisisi (education as acquisition)
Dengan analogi spon, pendidikan
digambarkan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam
memperoleh (menyerap) informasi dari lingkungannya.
3. Pendidikan sebagai transaksi (education as transaction)
Dengan analogi orang Eskimo di
Baffin Bay yang “berinteraksi” (work together) dengan bebatuan yang ada di
lingkungannya untuk membuat rumah batu (stone sculpture) yang secara organic
sesuai dengan materialnya dan selaras dengan kemampuan pembuatnya. Pendidikan
adalah proses memberi dan menerima (give and take) antara manusia dengan
lingkungannya. Di sana seseorang mengembangkan atau menciptakan kemampuan yang
diperlukan untuk memodifikasi atau meningkatkan kondisinya dan juga
lingkungannya. Sebagaimana pula di sana dibentuk perilaku dan sikap-sikap yang
akan membimbing pada upaya rekonstruksi manusia dan lingkungannya. Filsafat dan
pendidikan berjalan bergandengan tangan, saling memberi dan menerima. Mereka
masing-masing adalah alat sekaligus akhir bagi yang lainnya. Mereka adalah
proses dan juga produk.
4. Filsafat sebagi proses (philosophy as process)
Filsafat sebagai aktivitas
berfilsafat (the activity of philosophizing). Tercakup di dalamnya adalah
aspek-aspek:
·
analisis (the analytic), yakni berkaitan dengan aktivitas identifikasi
dan pengujian asumsi-asumsi dan criteria-kriteria yang memandu perilaku.
·
evaluasi (the evaluative), berkaitan dengan aktivitas kritik
dan penilaian tindakan.
·
spekulasi (the speculative), berhubungan dengan pelahiran
nalar baru dari nalar yang ada sebelumnya.
·
integrasi (the integrative), yakni konstruksi untuk
meletakkan bersama atau mempertautkan kriteria-kriteria atau pengetahuan atau
tindakan yang sebelumnya terpisah menjadi utuh. Jadi, proses filosofis itu
membangun dinamika dalam perkembangan intelektual.
5. Filsafat sebagai produk (philosophy as product)
Produk dari aktivitas berfilsafat
adalah pemahaman (understanding), yakni klarifikasi kata, ide, konsep, dan
pengalaman yang semula membingungkan atau kabur sehingga bisa menjadi jernih dan
dapat dimanfaatkan untuk pencarian pengetahuan lebih lanjut. Filsafat dengan
“P” capital adalah suatu bangun pemikiran yang secara internal bersifat
konsisten dan tersusun dari respon-respon yang dibuat terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam proses berfilsat. Pertama-tama,
Filsafat memang tampak sebagai suatu jawaban, posisi sikap, konklusi, ringkasan
akhir, dan juga rencana final.
C.
Axiologi Filsafat Pendidikan
Axiology berasal dari kata axios
yang artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal/ teori.
Axiologi artinya teori nilai, penyelidikan tentang kodrat, criteria dan status
metafisik dari nilai. Axiologi menurut Rames bahwa bidang ini menyelidiki
pengertian, jenis, tingkat, sumber dan hakekat pendidikan secara kesemestaan.
Secara historis, istilah yang lebih
umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral (morals). Tetapi dewasa ini,
istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog
filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori
nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good
and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan
(means and ends).
D.
dasar –Dasar Axiology Filsafat
Pendidikan Adalah :
0 komentar