Wednesday, March 26, 2014

Makalah Pendekatan belajar dan Pembelajaran



 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan intruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disamapikan guru dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pada pokoknya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.
System dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan system dan pendekatan tersebut untuk menyakinkan :
1. Ada alasan untuk belajar;
2. Siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil-    hasil belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan dicapai.
Pada prinsipnya ada dua macam tujuan pembelajaran yaitu:
1. Tujuan jangka panjang atau yang dinamakan tujuan terminal, tujuan ini biasanya merupakan jawaban atas masalah atau kebutuhan yabg telah diketahui berdasarkan analisis sebelumnya;
2. Tujuan jangka pendek atau biasa disebut tujuan intruksional khusus, tujuan ini merupakan hasil pemecahan atas operasionalisasi dari tujuan terminal yang disusun secara hierarkis dalam upaya pencapaian tujuan terminal.
Tujuan intruksional yang dinyatakan dengan baik dalam satuan pelajaran dapat mengkomunikasikan suatu usaha intruksional agar tingkah laku tertentu dapat dicapai. Dalam upaya tujuan tersebut akan menghasilkan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini akan memberikan dampak tertentu terhadap system pembelajaran, sehingga pengajaran beralih pendekatannya dari cara lama ke cara baru yang lebih menyakinkan. Beberapa perubahan dalam pendekatan tersebut antara lain adalah:
1. Penerapan pribsip-prinsip belajar yang lugas dan terencana
2. Mengacu pada aspek-aspek perkembangan sesuai tingkatan peserta didik
3. Dalam proses pembelajaran betul-betul menghormati individu peserta didik
4. Memperhatikan kondisi objektif individu bertitik tolak pada perkembangan pribadi peserta didik
5.  Menggunakan teknik dan metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan materi pelajaran
6.  Memaparkan konsep masalah dengan penuh disiplin
7. Menggunakan pengukuran dan evaluasi hasil belajar yang standar untuk mengukur   kemajuan belajar
8. Penggunaan alat-alat visual dengan memanfaatkan fasilitas maupun perlengkapan yang tersedia secara optimal
Perubahan ini betul-betul mempertimbangkan pendekatan ilmiah yaitu menggunakan fakta-fakta dan informasi sebagai dasar melakukan tindakan-tindakan dalam melaksanaka proses pembelajaran. Situasi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal, akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru menciptakan situasi belajar (learning situation) sehingga peserta didik dapat berinteraksi dengan guru secara intensif berdasarkan agenda yang telah diprogramkan guru.
Kegiatan belajar melibatkan beberapa komponen atau unsure yaitu peserta didik, pendidik atau guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar yang digunakan, media pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dan evaluasi kemajuan belajar siswa menggunakan tes yang standar.
Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar dalam proses pembelajaran termasuk factor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Pendekatan tersebut bertitik tolak pada aspek psikologis dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan kemampuan lainnya yang mendukung kemampuan belajar. Pendekatan ini dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar yang menyenangkan.
Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.




1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Mengetahui pengertian pendekatan
1.2.2. Mengetahui berbagai macam pendekatan belajar dan pembelajaran.
1.3. Tujuan Penulisan
Inti tujuan yang hendak dicapai melalui penyusunan makalah ini adalah agar kita selaku Guru dan calon guru mengetahui cara pendekatan pembelajaran.Penyusunan makalah ini diperuntukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi pembelajaran Ekonomi
Disamping itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua selaku calon pendidik atau seorang guru.
1.4. Manfaat
1. Sebagai wacana bagi pelajar
2. Sebagai wacana awal bagi penelitian yang selanjutnya

1.5. Metode Penelitian
Dalam Makalah ini, menggunakan metode penelitian melalui buku, dan akses Internet.

1.6. Metode Penulisan
Makalah yang berjudul “Pendekatan Pembelajaran” ini disusun dengan menggunakan mencari referensi yang bersifat kualitatif data dikumpulkan melalui buku-buku langsung dan akses internet.
Metode ini dilakukan atau disusun secara bertahap, mengingat sulitnya mencari buku-buku sumber atau referensi yang di dalamnya memuat judul makalah di atas.

1.7.Sistematika Penulisan
Untuk mengenal lebih jauh tentang pembahasan “Pendekatan Pembelajaran” di upayakan makalah ini akan disajikan dengan sistematika sbb: Pembicaraan dimulai dari Bab I. Bab II yang memuat Tinjauan Teori, Bab III yang memuat pembahasan dan Bab IV yang memuat penutup makalah sebagai pertanggungjawaban penulis.


BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan tujuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi).
Menurut Morgan (1978) belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Dimyati dan Mudjiona (1996:7) mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, jadi belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. HIlgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran.
Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma
Berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Jadi belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.
Belajar menurut pandangan Robert M. Gagne (1970) adalah kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas. Gagne pula mengemukakan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen penting:
1.  Kondisi eksternal yaitu Stimulus dari lingkungan dalam acara belajar
2.  Kondisi internal yabg menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa
3.Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Menurut Gagne belajar mempunyai tiga tahap, yaitu:
1. Persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan dan unjuk perbuatan (performansi) digunakan untuk persepsi selektif, sandi semantic, pembangkitan kembali, respon dan penguatan
3. Alih belajar yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum.

2.2.Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20)
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran “.(Oemar Hamalik,1995:57)

2.3. Pengertian Pendekatan
Pendekatan belajar bertitik tolak pada aspek psikologis dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan kemampuan lainnya yang mendukung kemampuan belajar. Pendekatan dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami pelajaran dan juga belajar menyenangkan.
Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya dan terencana, artinya memilih pendekatan di sesuaikan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah strategi. Sedangkan, srategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara lain:
1. Pendekatan konsep dan proses,
2. Pendekatan deduktif dan induktif.
  

BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Pendekatan Belajar dan Pembelajaran
3.1.1. Pendekatan Konsep dan proses

A. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan pruduk pengetahuan memiliki prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan.
Konsep menunjukan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari pakta, peristiwa, pengalaman melalui generasi, dan berfikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Para ahli sikologi menyadari akan pentingnya konsep-konsep, dan sutu definisi yang tepat mengenai konsep belum diberikan. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, konsep-konsep harus disimpulkan dalam perilaku. Dalam pendekatan konsep ini Symsudin Makmun (2003:228) mengemukakan bahwa dengan diperolehnya kemahiran mengadakan diskriminasi atas pola-pola stimulus respons (S-R) itu, siswa belajar mengidentifikasikan persamaan-persamaan karakteristik dari sejumlah pola-pola S-R tersebut. Selanjutnya berdasarkan persamaan cirri-ciri dari sekumpulun stimulus dan juga dari objek-objeknya ia membentuk suatu pengertian atau konsep-konsep. Secara eksternal, adanya persamaan-persamaan ciri tertentu dari sejumlah perangsang dan obyek-obyek yang dihadap pada indipidu. Flaiell(1970) menyarankan, bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu:
1. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contoh-contoh konsep harus mempunyai atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak relevan. Contoh-contoh konsep, meja harus mempunyai suatu permukaan yang datar, dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan itu dari lantai. Atribut-atribut dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi, atau bentuk, atau dapat juga atribut-atribut itu berupa fungsional.
2. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga stuktur yang dikenal, yaitu:
Ø Konsep-konsep konjungtif adalah konsep-konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat, sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep.
Ø Konsep-konsep disjungtif adalah konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada.
Ø Konsep-konsep relasional menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep.
3. Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep lain.
4. Keinklusifan (inclusiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat pada konsep itu.
5. Generalisasi atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda pada posisi superordinatatau subordinatnya. Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep-konsep lainnya.
6. Ketepatan, yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada kumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-cobtoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep. Klausmeier (1977) mengungkapkan empat tingkat pencapaian konsep (concept attainment), mulai dari tingkat konflik sampai tingkat formal.
7. Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep itu penting.
Rosser (1984) menyatakan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiata-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Menurut Ausubel (1968) konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep (concept formation) merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah. Menurut Gagne (1977) formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret, dan asimilasi konsep (concept assimilation) merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudaj sekolah.
Pendekatan pembelajaran ini oleh para ahli pendidikan didasarkan pada pola pengorganisasian bahan pengajaran, yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran komulatif.

B. Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran member kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pembelajaran dengan menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh konsep-konsep belajar menurut teori ‘Naturalisme-Romantis’ dan teori ‘Kognitif Gestalt’.
Dalam pendekatan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama temannya, dan dari manusia-manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yan dapat dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan proses adalah:
1. Mengamati gejala yang timbul
2. Mengklasifikasikan sifat-sifat yang sama, serupa
3. Mengukur besar-besaran yang bersangkutan
4. Mencari hubungan antar konsep-konsep yang ada
5. Mengenal adanya suatu masalah, merumuskan masalah
6. Memperkirakan penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.
7. Meramalkan gejala yang mungkin akan terjadi
8. Berlatih menggunakan alat-alat ukur
9. Melakukan percobaan
10. Mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data
11. Berkomunikasi
12. Mengenal adanya variable, mengendalaikan adanya variabel.
Keunggulan pendekatan proses adalah :
1. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
2. Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.
Kelemahan pendekatan proses adalah :
1. Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
2. Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya.
3. Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa mampu melaksanakannya.
Pendekatan proses pada hakekatnya adalah memproses informasi, yaitu informasi pembelajaran. Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini, mendapatkan penilaian.
Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, melainkan juga secara lisan, dan penilaian akan perbuatan. Pengetahuan disajikan secara mental dalam berbagai bentuk yaitu preposisi, produksi dan gambaran mental. Dalam kenyataan proses pembelajaran seringkali terjadi kekeliruan, karena yang diutamakan hasil maka proses belajar kurang diperhatikan, demikian juga sebaliknya, karena yang diutamakan proses maka hasil yang diabaikan. Jadi hasil dan proses dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kedudukan yang sama kuat, guru tidak dapat memperlakukannya berat sebelah, harus seimbang diantara keduanya.
Proses diukur melalui hasil, dan hasil akan kelihatan melalui proses, jadi bersifat komplementer atau saling melengkapi. Pendekatan proses ini menggambarkan bahwa, kegiatan belajar yang berlangsung disekolah bersifat formal, prosesnya disengaja dan direncanakan dalam bimbingan guru dan pendidik lainnya agar siswa mencapai tujuan dan menguasai bahan belajar yang diberikan guru sesuai kurikulum untuk dipelajari.

3.1.2. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif
A. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus. Langkah –langkah yang digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah:
1. Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2. Menyajikan aturan, yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3. Disajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus itu dengan aturan prinsip umum.
4. Disajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan berpikir deduktif disebut juga berpikir dengan menggunakan silobisme terdiri dari preposisi statemen yang terdiri dari’remise’ yaitu dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung suatu kebenaran. Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju ke yang khusus. Dalam berpikir deduktif ini orang bertolak dari suatu teori, prinsip, ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ diterapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.

B. Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof inggris prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin, system ini dipandang sebagai system berpikir yang paling baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum.
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif ini menurut Purwanto (2002:47) bergantung representative atau tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan induktif adalah:
1.  Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pemdekatan induktif.
2. Menyajikan contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu.
3. Disajikan bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal perkiraan itu.
4. Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah yang terdahulu.
Menurut Syamsudin Makmun (2003:228) siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas), sehingga siswa dapat membuat kesimpulan (kongklusi) tertentu yng mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai “rule” (prinsip, dalil, aturan, hokum faedah dsb). Pendekatan yang tidak bersifat demokratis ialah pendekatan deduktif yang agak lebih banyak mengandung sifat otoriter.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari data di atas penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran ada 5 macam yaitu :
1. Pendekatan Konsep dan proses.
A. Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
B. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan pembelajaran member kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu sep sebagai suatu keterampilan proses.

2. Pendekatan deduktif dan induktif.
A. Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum konkekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
B.  Pendekatan Induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof inggris prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin, system ini dipandang sebagai system berpikir yang paling baik pada abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional.

  3.2. Saran                            
Saya selaku penyusun menyarankan agar para calon guru maupun guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai, karena setiap pendekatan mempunyai kelemahan dan keunggulan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Barrowrs, H. S dan Tamblyn R. M. 1980. Problem Based Learning:An Aprproach to Medical Education. New York: Springer Publishing.
Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bina Aksara
Sagala, Syiful (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2005. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sukwiaty, dkk. 2006. Ekonomi. Jakarta. PT Ghalia Indonesia Printing.


Load disqus comments

3 komentar