BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar
dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau ke kehidupan
sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini
menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh
dan dapat dipindahkan tersebut dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual,
keterampilan motorik atau afektif dan sebagainya..
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses
pembelajaran harus membekali si pelajar dengan kemampuan-kemampuan yang
nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut teori
kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal
kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam
subsistem akal permanen kita. akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa
bertolak belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun
justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak sedikit
pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam
ingatan.
Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang
mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar. Peristiwa jenuh
ini kalau dialami siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar)
dapat membuat siswa merasa telah memubadzirkan usahanya
Makalah yang ada dihadapan pembaca ini akan mengupas dengan singkat dan
jelas mengenai faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar,
Faktor-faktor penyebab lupa dan kejenuhan dilengkapi juga dengan cara
mengatasinya, agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat membawa hasil yuang
positif. Semoga bermanfaat. Amiin.
B. Rumusan Masalah
1. Transfer Belajar
a. Apakah transfer belajar itu?
b. Apa saja ragam transfer belajar?
c. Bagaimana transfer positif dalam belajar?
2. Peristiwa lupa dalam belajar
a. Bagaimana proses terjadinya kelupaan dalam belajar?
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan lupa?
c. Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar?
3. Jenuh belajar
a. Apa pengertian jenuh?
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan jenuh belajar?
c. Bagaimana Cara mengatasi jenuh belajar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Diajukan sebagai tugas kelompok mata kuliah “Psikologi pendidikan”.
2. Agar kita mengetahui pengertian faktor-faktor yang berperan dalam transfer
belajar.
3. Agar kita mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan lupa dan jenuh belajar.
4. Kita juga bisa
menangani dan mengatasai masalah-masalah yang terkait dengan lupa dan jenuh
belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Transfer Belajar (Transfer
of Learning).
a. Pengertian transfer belajar
Istilah “transfer belajar” diambil dari dua kata,
yaitu kata transfer dan belajar. Kata “transfer” diambil dari bahasa inggris yang artinya pergantian,
serah terima dan pemindahan sedangkan kata “belajar” menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) berarti berubah tingkah laku atau tanggapan yg
disebabkan oleh pengalaman. Dari dua rangkai kata tersebut dapat
disimpulkan bahwa “transfer belajar” adalah pemindahan atau pergantian
keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. Dengan kata
lain transfer belajar adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada
waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Berkat pemindahan dan pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh
keuntungan atau mengalami hambatan dalam mempelajari sesuatu dibidang studi
yang lain.
Misalnya, siswa kelas 2 MI yang telah mahir tentang penjumlahan, maka ia
akan mudah mempelajari soal perkalian dikelas 3. Kemudahan mempelajari soal
perkalian bagi siswa kelas 3 diperoleh berkat pentransferan (pemindahan) hasil belajar dari kelas 2. Karena perkalian
pada hakikatnya adalah penjumlahan berulang.
Transfer dalam belajar ada yang bersifat positif dan ada yang negatif.
Transfer belajar disebut positif
jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dapat
diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru atau dengan kata lain, kemampuan
yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru, contoh: anak
TK yang sudah pandai membaca akan dapat mudah memahami bacaan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan ketika sudah kelas 1. Kemudian disebut transfer negatif jika pengalaman atau
kecakapan yang lama menghambat untuk menerima pelajaran/kecakapan yang baru.
Contoh ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas
yang bergerak di sebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di
indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah ke salah
satu negara eropa barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan
jalan.
b. Jenis-Jenis Transfer belajar
1. Transfer Positif
Transfer
yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif
yakni belajar dalam situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi
lain. “Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil
belajar itu berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi
tugas belajar yang lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur
kehidupan seharihari, transfer belajar demikian tersebut disebut “transfer
positif”.
Transfer
positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya
dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa
tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah
dipelajari di sekolah. Misalnya, siswa yang telah pandai membaca
Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan
elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang letak geografis suatu
daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah perekonomian yang dihadapi
oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda motor akan mempermudah
belajar mengendarai kendaraan roda empat.
2. Transfer
negatif
Transfer
yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif
dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang
memiliki pengaruh merusak atau mengalami
hamnbatan terhadapketrampilan/pengetahuan yang dipelajari.
“Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu
berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas
belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan
sehari-hari, transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”.
Menghadapi
kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah
menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar
tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para
siswa tersebut pada masa yang akan datang.
Misalnya, Ketrampilan
mengemudi kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah
kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan
menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke salah satu negara Eropa
Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan jalan. pengetahaun
akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan menghambat dalam mempelajari
dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain selama
bertahun-tahun sesudah tamat sekolah.
Individu
yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar
mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada
orang yang baru belajar mengetik. Artinya, ketrampilan yang sebelumnya
sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.
3. Transfer Vertikal
Transfer
yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi.
Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa
apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa
tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit.
Misalnya,
seorang ssiwa SD yang telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada
waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk
di kelas III. Sehubungan dengan hal ini, penguasaan materi
pelajaran kelas II merupakan prerequisite (Prasyarat) untuk mempelajari
materi pelajaran kelas III.
4. Transfer
lateral
Transfer yang
berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan yang sederajat.
Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa
apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari
materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini,
perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
Misalnya,
seorang lulusan STM yang telah menguasai tehknologi “X” dari sekolahnya dapat
menjalankan mesin tersebut di tempat kerjanya. Di samping itu juga mampu
mengikuti pelatihan menggunakan tekhnologi mesin-mesin lainnya yang mengandung
elemen dan kerumitan kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi.
2.
Peristiwa lupa dalam belajar
Dalam proses belajar kita sering dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa
tidak semua materi pelajaran yang kita pelajari akan dapat diproduksi. Dalam
kehidupan sehari-hari sering juga terjadi suatu materi yang kita pelajari
dengan sungguh-sungguh dan penuh ketekunan, sulit kita kuasai dan mudah
terlupakan dalam jangka waktu yang relatif pendek, dan sebaliknya terdapat
materi pelajar yang kita dengan mudah menguasainya dan tidak dengan mudah
melupakannya. Apakah itu yang disebut lupa?
a. Pengertian lupa.
Lupa (Forgetting)
adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memproduksi kembali apa-apa
yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988)
mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu
yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa
hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita[1][1]. Contoh: Seorang Mahasiswa yang menyontek saat Ulangan Akhir
Semester (UAS) karena kesulitan
mengungkapkan materi suatu mata kuliah yang pernah dijelaskan oleh Dosen.
Hal tersebut dapat dikatakan, mahasiswa tersebut menyontek karena lupa.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan lupa.
Lupa yang dialami
seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Lupa dapat terjadi jika terjadi konflik-konflik antara item-item informasi
atau materi pelajaran yang ada di sistem memori seseorang. Contoh, seorang
siswa yang mempelajari rumus tabung, lingkaran dan kerucut dalam waktu yang
pendek.
Gangguan-gangguan yang terjadi dalam memori seseorang ada 2 :
Pertama, Proactive
Interference (gangguan proaktif), Gangguan ini terjadi jika seorang siswa
mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran
yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian
materi pelajaran yang baru sulit untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk
dilupakan.
Kedua, Retroactive Interference. Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru
membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang
telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut.
Dalam hal ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi
kembali .
3. Lupa dapat terjadi karena perbedaan situasi lingkungan antara waktu
belajar dengan waktu mengingat kembali item tersebut.
4. Lupa dapat terjadi karena adanya perubahan sikap dan minat siswa
terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
5. Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi
karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan siswa.
6. Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.
Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan
alkohol dan gagar otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang
ada dalam memori permanennya. Namun demikian, bukan berarti materi yang
telah terlupakan itu hilang di memori manusia namun terlalu lemah untuk
dipanggil lagi atau diingat kembali. Ini dapat dibuktikan jika seseorang telah
lama tidak mempelajari materi yang pernah dipelajari pada masa lalu itu, akan
sulit untuk memanggil materi itu, namun setelah orang tersebut mempelajarinya
kembali, akan dapat menguasai dan mengingat kembali materi itu dalam waktu yang
pendek.
c. kiat mengurangi lupa dalam belajar.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya
ingat akal siswa, diantaranya:
1. Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas
penguasaan atas materi pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan
belajar lebih dari pada kebiasaan-kebiasaan yang berlaku sehingga dapat
memperkuat penyimpanan terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
2. Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi
waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga
dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
3. Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat
pengait mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa.
Macam-macam memonic device :
a. Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri
dari atas kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya jika diberi
not-not sehingga dapat dinyanyikan. Contoh: Nyanyian anak TK yang berisi
pesan moral.
b. Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah.
Misalnya untuk menghafal bacaan Qolqolah dalam ilmu tajwid dengan menggunakan
singkatan ”BAJUDITOKO”.
c. Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik mnemonik yang
menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak
(paku) pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti panas api.
d. Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan
tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota dan istilah
tertentu. Misalnya nama ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden
pertama negara itu (Gerorge washington)
3.
Peristiwa Jenuh dalam
belajar.
a. Definisi jenuh
Secara harfiah arti
jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun selain
itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam aktivitas belajarnya,
sering seseorang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim
disebut “learning plateau” yaitu suatu situasi dan kondisi yang
menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah
melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu pada saat itu. Terjadi
kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak dapat diharapkan untuk dapat
menyerap item-item informasi yang dipelajarinya. Contoh: seorang siswa
yang ramai atau membuat gaduh di dalam kelas atau seorang Mahasiswa yang
online facebook ketika dosen menjelaskan materi suatu mata kuliah.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar.
Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar adalah :
1. Seseorang yang kehilangan motivasi dan konsolidasi pada suatu level ilmu
pengetahuan dan keterampilan.
2. Muculnya kebosanan (borring) dan keletihan (fatique) karena kemampuan
seseorang telah sampai pada batas maksimalnya dalam belajar. Menurut Cross
dalam bukunya Psichology of learning keletihan ada 3 macam :
v Keletihan indera seperti mata,
telinga dan lain-lain.
v Keletihan fisik karena kurang
tidur, kurang sehat.
v Keletihan mental
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keletihan mental yaitu :
1. Kecemasan seseorang terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan
itu sendiri.
2. Kekhawatiran seseorang akan ketidak mampuannya mencapai standar
keberhasilan bidang-bidang studi yang dianggapnya terlalu tinggi terutama
ketika seseorang tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi
tersebut.
3. Persaingan yang ketat yang menuntut belajar keras.
4. Keyakinan yang tidak sama antara standar akademik minimum dan standar
yang ia buat sendiri.
c. Cara mengatasi jenuh belajar.
Berikut ini
beberapa saran hal-hal yang dapat para guru perhatikan, dan dapat coba
diterapkan untuk mengatasi Jenuh dalam belajar:
1. Temukan hal-hal
yang baru terus menerus.
Seorang
guru yang cerdas pasti mempunyai sejumlah ketrampilan dalam proses
menga-jarnya. Ketrampilan tersebut bukan saja hanya untuk tujuan pembelajaran,
tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk menumbuhkan semangat belajar siswanya.
Guru yang terampil dalam mengajar kehadirannya di kelas akan selalu dirindukan
siswanya. Akan tetapi dibawah kepemimpinan guru yang tidak mempunyai
ketrampilan siswa akan mudah jenuh yang berbuntut siswa akan meluapkan
kejenuhannya dengan membuat ulah, seperti mengganggu temannya yang lain yang
akhirnya terjadi pertengkaran antar siswa.
2. Terus belajar
Kita perlu memuaskan
keinginan otak akan informasi baru dengan mempelajari hal-hal baru. Pelajari
hal-hal baru dalam pekerjaan. Jika memungkinkan, ajukan permintaan untuk
mengikuti pelatihan atau kursus. Belajar akan meningkatkan rasa percaya diri
dan kesanggupan kita untuk melakukan tugas yang lebih menantang
3. Kreatif dan
Proaktif
Cari ide-ide segar untuk memperindah belajar atau buat juga target belajar yang jelas dan
menantang, dan jika Anda berhasil mencapai target, beri ‘hadiah’ pada diri Anda sendiri. Mencari banyak teman dan murah
senyum juga dapat digunakan untuk mengatasi belajar.
4. Alokasikan waktu
untuk diri sendiri.
Hanya ‘hidup’ untuk pekerjaan akan mudah memicu kebosanan. Lakukan kegiatan yang Anda sukai sebelum
berangkat kerja, seperti mendengarkan musik, berolahraga untuk menciptakan mood
positif sebelum mulai bekerja. Jika perlu ambil liburan atau cuti untuk
memanjakan diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Transfer belajar pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh
dalam bidang studi yang satu ke bidang
studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan
sekolah.
Ø Ada tiga teori tentang trnsfer belajar
a. Teori disiplin formal
b. Teori elemen identik
c. Teori generalisasi
Ø Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar
a. Proses belajar
b. Hasil belajar
c. Bahan/materi bidang-bidang studi
d. Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
e. Sikap dan usaha guru
Ø Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi
dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Ø Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi :
a. Adanya konflik-konflik antara item-item
informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
b. Adanya tekanan terhadap item atau
materi yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
c. Perbedaan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu memanggil kembali
item tersebut.
d. Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
e. Tidak pernah latihan / tidak pernah dipakai
f. Kerusakan jaringan syaraf otak.
Ø Cara mengurangi lupa
a. Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
b. Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang
dipelajari.
c. Mengelompokkan kata atau istilah
tertentu dalam susunan yang logis.
d. Jenuh belajar adalah yaitu suatu
situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil
guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktutertentu
Ø Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar
a. Seseorang yang kehilangan motivasi
dan konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Muculnya kebosanan (borring) dan
keletihan (fatique) karena kemampuan seseorang telah sampai pada batas
maksimalnya dalam belajar.
Ø Cara menanggulangi jenuh belajar yaitu:
a. Istirahat dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi
b. Menjadwal dengan baik proses belajarnya.
c. Menata kembali lingkungan belajarnya.
d. Memberi stimulasi baru dan motivasi.
e. Membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa.
B. Saran
Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami atas
selesainya makalah ini. Namun dengan selesainya bukan berarti telah sempurna,
karena kami sebagai manusia sadar, bahwa dalam diri kami tersimpan berbagai
sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi
terhadap kinerja kami.
Oleh karena itulah saran serta kritik yang bersifat membangun dari saudara selalu kami nantikan.untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sihingga kami terus termotivasi kearah yang lebih baik tentunya dimasa masa yang akan datang.akhirnya kami ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.
Oleh karena itulah saran serta kritik yang bersifat membangun dari saudara selalu kami nantikan.untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sihingga kami terus termotivasi kearah yang lebih baik tentunya dimasa masa yang akan datang.akhirnya kami ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
Syah,
Muhibbin, 2007, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin,
1995, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
0 komentar