Wednesday, November 5, 2014

Transfer Belajar



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut dapat berupa pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dan sebagainya..
Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam proses pembelajaran harus membekali si pelajar dengan kemampuan-kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita. akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Dalam belajar disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar. Peristiwa jenuh ini kalau dialami siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa merasa telah memubadzirkan usahanya
Makalah yang ada dihadapan pembaca ini akan mengupas dengan singkat dan jelas mengenai faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar, Faktor-faktor penyebab lupa dan kejenuhan dilengkapi juga dengan cara mengatasinya, agar proses pembelajaran yang dilakukan dapat membawa hasil yuang positif. Semoga bermanfaat. Amiin.

B.     Rumusan Masalah

1.      Transfer Belajar
a.    Apakah transfer belajar itu?
b.    Apa saja ragam transfer belajar?
c.    Bagaimana transfer positif dalam belajar?
2.      Peristiwa lupa dalam belajar
a.    Bagaimana proses terjadinya kelupaan dalam belajar?
b.    Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan lupa?
c.     Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar?
3.      Jenuh belajar
a.    Apa pengertian jenuh?
b.     Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan jenuh belajar?
c.     Bagaimana Cara mengatasi jenuh belajar?

C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Diajukan sebagai tugas kelompok mata kuliah “Psikologi pendidikan”.
2.      Agar kita mengetahui pengertian faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar.
3.      Agar kita mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan lupa dan jenuh belajar.
4.      Kita juga bisa menangani dan mengatasai masalah-masalah yang terkait dengan lupa dan jenuh belajar.

















                                                   



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Transfer Belajar (Transfer of Learning).
a.       Pengertian transfer belajar
Istilah “transfer belajar” diambil dari dua kata, yaitu kata transfer dan belajar. Kata “transfer” diambil dari bahasa inggris yang artinya pergantian, serah terima dan pemindahan sedangkan kata “belajar” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti berubah tingkah laku atau tanggapan yg disebabkan oleh pengalaman. Dari dua rangkai kata tersebut dapat disimpulkan bahwa “transfer belajar” adalah pemindahan atau pergantian keterampilan hasil belajar dari satu situasi ke situasi lainnya. Dengan kata lain transfer belajar adalah pengaruh hasil belajar yang telah diperoleh pada waktu yang lalu terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan kemudian. Berkat pemindahan dan pengalihan hasil belajar itu, seseorang memperoleh keuntungan atau mengalami hambatan dalam mempelajari sesuatu dibidang studi yang lain. Misalnya, siswa kelas 2 MI yang telah mahir tentang penjumlahan, maka ia akan mudah mempelajari soal perkalian dikelas 3. Kemudahan mempelajari soal perkalian bagi siswa kelas 3 diperoleh berkat pentransferan (pemindahan)  hasil belajar dari kelas 2. Karena perkalian pada hakikatnya adalah penjumlahan berulang.
Transfer dalam belajar ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Transfer belajar disebut positif jika pengalaman-pengalaman atau kecakapan-kecakapan yang telah dipelajari dapat diterapkan untuk mempelajari situasi yang baru atau dengan kata lain, kemampuan yang lama dapat memudahkan untuk menerima stimulus yang baru, contoh: anak TK yang sudah pandai membaca akan dapat mudah memahami bacaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan ketika sudah kelas 1. Kemudian disebut transfer negatif jika pengalaman atau kecakapan yang lama menghambat untuk menerima pelajaran/kecakapan yang baru. Contoh ketrampilan mengemudikan kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak di sebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila ia dipindah ke salah satu negara eropa barat, yang arus lalu lintasnya bergerak disebelah kanan jalan.



b. Jenis-Jenis Transfer belajar

1.      Transfer Positif 
Transfer yang berefek lebih baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer positif yakni belajar dalam situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-situasi lain. “Memperoleh keuntungan’ berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan positif, yaitu mempermudah dan menolong dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikul di keskolah atau dalam mengatur kehidupan seharihari, transfer belajar demikian tersebut disebut “transfer positif”.
Transfer positif, akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-sehari yang akan ditempati ssiwa tersebut kelak dalam mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di sekolah.  Misalnya, siswa yang telah pandai membaca Al-Qur’an akan secara otomatis mudah belajar Bahasa Arab, karena ada kesamaan elemen (sama-sama bertulisan arab). Pengetahuan tentang letak geografis suatu daerah, akan sangat membantu dalam memahami masalah perekonomian yang dihadapi oleh penghuni daerah itu, ketrampilan mengendarai sepeda motor akan mempermudah belajar mengendarai kendaraan roda empat.

2.      Transfer negatif
Transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apabila ia belajar dalam situasi tertentu yang memiliki pengaruh merusak  atau mengalami hamnbatan terhadapketrampilan/pengetahuan yang dipelajari.   “Mengalami hambatan” berarti bahwa pemindahan atau pengalihan hasil belajar itu berperanan negatif, yautu mempersukar dan mempersulit dalam menghadapi tugas belajar yang lain dalam rangka kurikulum sekolah, atau dalam mengatur kehidupan sehari-hari, transfer belajar yang demikian disebut “transfer negatif”.
Menghadapi kemungkinan terjadinya tranfer negatif itu, yang penting bagi guru adalah menyadari dan sekaligus menghindari para siswanya dari situasi-situasi belajar tertentu yang diduga keras berpengaruh negatif terhadap kegiatan belajar para siswa tersebut pada masa yang akan datang.
Misalnya, Ketrampilan mengemudi kendaraan bermotor dalam arus lalu lintas yang bergerak disebelah kiri jalan, yang diperoleh seseorang selama tinggal di Indonesia, akan menimbulkan kesulitan bagi orang itu bila pindah ke salah satu negara Eropa Barat, yang arus lalu lintasnya bergerak di sebelah kanan jalan. pengetahaun akan semjumlah kata dalam bahasa Jerman, akan menghambat dalam mempelajari dalam mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain selama bertahun-tahun sesudah tamat sekolah.
Individu yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik.  Artinya, ketrampilan yang sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar ketrampilan lainnya.

3.      Transfer Vertikal
                     Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar/pengetahuan yang lebih tinggi. Transfer vertikal (tegak lurus) dapat terjadi  dalam diri seorang siswa apabila pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut dalam menguasai pengetahuan/ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit.
                   Misalnya, seorang ssiwa SD yang telah menguasai psrinsip penjumlahan dan pengurangan pada waktu duduk di kelas II akan mudah mempelajari perkalian pada waktu dia duduk di kelas III. Sehubungan dengan hal ini, penguasaan materi pelajaran kelas II merupakan prerequisite (Prasyarat) untuk mempelajari materi pelajaran kelas III.

4.      Transfer lateral
                    Transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/ketrampilan yang sederajat. Tranfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila ia mampu menggunakan materi yang telah dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa tersebut.
                     Misalnya, seorang lulusan STM yang telah menguasai tehknologi “X” dari sekolahnya dapat menjalankan mesin tersebut  di tempat kerjanya. Di samping itu juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan tekhnologi mesin-mesin lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan kurang lebih sama dengan mesin “X” tadi.


2.    Peristiwa lupa dalam belajar
Dalam proses belajar kita sering dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa tidak semua materi pelajaran yang kita pelajari akan dapat diproduksi. Dalam kehidupan sehari-hari sering juga terjadi suatu materi yang kita pelajari dengan sungguh-sungguh dan penuh ketekunan, sulit kita kuasai dan mudah terlupakan dalam jangka waktu yang relatif pendek, dan sebaliknya terdapat materi pelajar yang kita dengan mudah menguasainya dan tidak dengan mudah melupakannya. Apakah itu yang disebut lupa?

a.    Pengertian lupa.
Lupa (Forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita[1][1]. Contoh: Seorang Mahasiswa yang menyontek saat Ulangan Akhir Semester (UAS)  karena kesulitan mengungkapkan materi suatu mata kuliah yang pernah dijelaskan oleh Dosen. Hal tersebut dapat dikatakan, mahasiswa tersebut menyontek karena lupa.

b.    Faktor-faktor yang menyebabkan lupa.
Lupa yang dialami seseorang dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 
1.      Lupa dapat terjadi jika terjadi konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajaran yang ada di sistem memori seseorang. Contoh, seorang siswa yang mempelajari rumus tabung, lingkaran dan kerucut dalam waktu yang pendek.
Gangguan-gangguan yang terjadi dalam memori seseorang ada 2 : 
Pertama, Proactive Interference (gangguan proaktif), Gangguan ini terjadi jika seorang siswa mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam waktu yang relatif pendek. Dalam keadaan demikian materi pelajaran yang baru sulit untuk diingat dan dengan sangat mudah untuk dilupakan.
Kedua, Retroactive Interference. Gangguan ini terjadi jika materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanennya siswa tersebut. Dalam hal ini materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali . 
3. Lupa dapat terjadi karena perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali item tersebut.
4. Lupa dapat terjadi karena adanya perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
5. Menurut law of disuse (Hilgard dan Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa.
6. Lupa dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak.

Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol dan gagar otak akan kehilangan ingatan atas item-item informasi yang ada dalam memori permanennya. Namun demikian, bukan berarti materi yang telah terlupakan itu hilang di memori manusia namun terlalu lemah untuk dipanggil lagi atau diingat kembali. Ini dapat dibuktikan jika seseorang telah lama tidak mempelajari materi yang pernah dipelajari pada masa lalu itu, akan sulit untuk memanggil materi itu, namun setelah orang tersebut mempelajarinya kembali, akan dapat menguasai dan mengingat kembali materi itu dalam waktu yang pendek.

c.     kiat mengurangi lupa dalam belajar.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa, diantaranya: 
1. Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan belajar lebih dari pada kebiasaan-kebiasaan yang berlaku sehingga dapat memperkuat penyimpanan terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
2. Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari. 
3. Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa. Macam-macam memonic device : 
a. Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri dari atas kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya jika diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan. Contoh: Nyanyian anak TK yang berisi pesan moral.
b. Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah. Misalnya untuk menghafal bacaan Qolqolah dalam ilmu tajwid dengan menggunakan singkatan ”BAJUDITOKO”.
c. Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti panas api.
d. Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota dan istilah tertentu. Misalnya nama ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (Gerorge washington)

3.      Peristiwa Jenuh dalam belajar.
a.  Definisi jenuh
Secara harfiah arti jenuh ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam aktivitas belajarnya, sering seseorang mengalami jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut “learning plateau” yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktu tertentu pada saat itu. Terjadi kemandekan pada sistem akalnya sehingga tidak dapat diharapkan untuk dapat menyerap item-item informasi yang dipelajarinya. Contoh: seorang siswa yang ramai atau membuat gaduh di dalam kelas atau seorang Mahasiswa yang online facebook ketika dosen menjelaskan materi suatu mata kuliah.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar.
Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar adalah : 
1. Seseorang yang kehilangan motivasi dan konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan dan keterampilan.
2. Muculnya kebosanan (borring) dan keletihan (fatique) karena kemampuan seseorang telah sampai pada batas maksimalnya dalam belajar. Menurut Cross dalam bukunya Psichology of learning keletihan ada 3 macam :
v Keletihan indera seperti mata, telinga dan lain-lain.
v Keletihan fisik karena kurang tidur, kurang sehat.
v Keletihan mental
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keletihan mental yaitu : 
1.    Kecemasan seseorang terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
2.    Kekhawatiran seseorang akan ketidak mampuannya mencapai standar keberhasilan bidang-bidang studi yang dianggapnya terlalu tinggi terutama ketika seseorang tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut.
3. Persaingan yang ketat yang menuntut belajar keras.
4. Keyakinan yang tidak sama antara standar akademik minimum dan standar yang ia buat sendiri.

c.         Cara mengatasi jenuh belajar.
Berikut ini beberapa saran hal-hal yang dapat para guru perhatikan, dan dapat coba diterapkan untuk mengatasi Jenuh dalam belajar:
1.      Temukan hal-hal yang baru terus menerus.
Seorang guru yang cerdas pasti mempunyai sejumlah ketrampilan dalam proses menga-jarnya. Ketrampilan tersebut bukan saja hanya untuk tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk menumbuhkan semangat belajar siswanya. Guru yang terampil dalam mengajar kehadirannya di kelas akan selalu dirindukan siswanya. Akan tetapi dibawah kepemimpinan guru yang tidak mempunyai ketrampilan siswa akan mudah jenuh yang berbuntut siswa akan meluapkan kejenuhannya dengan membuat ulah, seperti mengganggu temannya yang lain yang akhirnya terjadi pertengkaran antar siswa.
2.      Terus belajar
            Kita perlu memuaskan keinginan otak akan informasi baru dengan mempelajari hal-hal baru. Pelajari hal-hal baru dalam pekerjaan. Jika memungkinkan, ajukan permintaan untuk mengikuti pelatihan atau kursus. Belajar akan meningkatkan rasa percaya diri dan kesanggupan kita untuk melakukan tugas yang lebih menantang
3.      Kreatif dan Proaktif
Cari ide-ide segar untuk memperindah belajar atau buat juga target belajar yang jelas dan menantang, dan jika Anda berhasil mencapai target, beri ‘hadiah’ pada diri Anda sendiri. Mencari banyak teman dan murah senyum juga dapat digunakan untuk mengatasi belajar.
4.      Alokasikan waktu untuk diri sendiri.
Hanya ‘hidup’ untuk pekerjaan akan mudah memicu kebosanan. Lakukan kegiatan yang Anda sukai sebelum berangkat kerja, seperti mendengarkan musik, berolahraga untuk menciptakan mood positif sebelum mulai bekerja. Jika perlu ambil liburan atau cuti untuk memanjakan diri sendiri.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø  Transfer belajar pemindahan atau pengalihan hasil belajar yang diperoleh dalam bidang studi   yang satu ke bidang studi yang lain atau ke kehidupan sehari-hari diluar lingkup pendidikan sekolah.
Ø  Ada tiga teori tentang trnsfer belajar
a.       Teori disiplin formal
b.      Teori elemen identik
c.        Teori generalisasi
Ø  Faktor-faktor yang berperan dalam transfer belajar
a.       Proses belajar
b.      Hasil belajar
c.       Bahan/materi bidang-bidang studi
d.      Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
e.      Sikap dan usaha guru
Ø Lupa adalah hilangnya kemampuan menyebut atau melakukan kembali informasi dan kecakapan yang telah tersimpan dalam memori.
Ø Faktor-faktor yang menyebabkan lupa meliputi :
a.    Adanya konflik-konflik antara item-item informasi atau materi pelajar yang ada di sistem memori seseorang.
b.   Adanya tekanan terhadap item atau materi yang lama baik disengaja atau tidak disengaja.
c.    Perbedaan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu memanggil kembali     item tersebut. 
d.   Perubahan situasi dan minat terhadap proses dan situasi tertentu.
e.    Tidak pernah latihan / tidak pernah dipakai
f.     Kerusakan jaringan syaraf otak.
Ø Cara mengurangi lupa
a.    Belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu.
b.  Menambah waktu belajar sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari.
c.    Mengelompokkan kata atau istilah tertentu dalam susunan yang logis.
d.   Jenuh belajar adalah yaitu suatu situasi dan kondisi yang menunjukkan tidak adanya hasil belajar yang berhasil guna meskipun telah melaksanakan proses belajar pada waktutertentu
Ø Faktor-faktor yang menyebabkan jenuh belajar
a.   Seseorang yang kehilangan motivasi dan konsolidasi pada suatu level ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b.   Muculnya kebosanan (borring) dan keletihan (fatique) karena kemampuan seseorang telah sampai pada batas maksimalnya dalam belajar.
Ø Cara menanggulangi jenuh belajar yaitu:
a. Istirahat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi
b. Menjadwal dengan baik proses belajarnya.
c. Menata kembali lingkungan belajarnya.
d. Memberi stimulasi baru dan motivasi.
e. Membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa.

B. Saran
Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah ini. Namun dengan selesainya bukan berarti telah sempurna, karena kami sebagai manusia sadar, bahwa dalam diri kami tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.
Oleh karena itulah saran serta kritik yang bersifat membangun dari saudara selalu kami nantikan.untuk dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sihingga kami terus termotivasi kearah yang lebih baik tentunya dimasa masa yang akan datang.akhirnya kami ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.











DAFTAR PUSTAKA


Djamarah, Syaiful Bahri, 2002, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Syah,  Muhibbin, 2007, Psikologi Belajar, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin, 1995, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.









Load disqus comments

0 komentar