Saturday, November 8, 2014

“Pengaruh Pendidikan Terhadap Perkembangan Intelektual Remaja”



Oleh Resti sanggraini

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa, serta merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup seseorang. Pendidikan meliputi pendidikan formal dan pendidikan non-formal, yang mana pendidikan formal dapat diperoleh melalui pendidikan yang ada di sekolah-sekolah.
Karena pentingnya pendidikan bagi kesejahteraan hidup seseorang, maka pemerintahan Indonesia telah mewajibkan belajar pendidikan dasar sembilan tahun sejak tahun 1994. Namun, dalam kenyataan yang ada di lingkungan masyarakat, masih banyak remaja dan anak-anak putus sekolah. Melihat banyaknya angka anak atau remaja putus sekolah, maka penulis mengambil tema “Pengaruh Pendidikan Terhadap Perkembangan Intelektual Remaja”.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan tujuan pendidikan ?
2.      Apa yang dimaksud perkembangan intelektual remaja ?
3.      Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap perkembangan intelektual remaja ?
4.      Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan remaja putus sekolah ?
5.      Apa saja usaha yang dapat dilakukan agar remaja tidak petus sekolah ?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan tujuan pendidikan
2.      Untuk mengetahui perkembangan intelektual remaja
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan terhadap perkembangan intelektual remaja
4.      Untuk mengetahui factor-faktor penyebab remaja putus sekolah
5.      Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat dilakukan agar remaja tidak putus sekolah


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Tujuan Pendidikan
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
B.     Perkembangan Intelektual Remaja
Intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, mempunyai kecerdasan tinggi, cendekiawan, totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman.
Menurut Ngalim Purwanto (1986) factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah :
1.      Faktor pembawaan (genetic)
2.      Factor gizi
3.      Factor kematangan
4.      Factor pembentukan
5.      Kebebasan Psikologis
Menurut hasil penelitian Piaget, ada 4 faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan intelektual antara lain :
1.      Kematangan (maturation). Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan proses perubahan fisiologis dan anatomis akan mempengaruhi perkembangan kognitif. Faktor kedewasaan atau kematangan ini berpengaruh pada perkembangan intelektual tapi belum cukup menerangkan perkembangan intelektual.
2.    Pengalaman Fisik (Physical Experience). Pengalaman fisik terjadi karena anak berinteraksi dengan lingkungannya. Tindakan fisik ini memungkinkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mampu mentransfernya dalam bentuk gagasan atau ide. Dari pengalaman fisik yang diperoleh anak dapat dikembangkan menjadi matematika logika. Dari kegiatan meraba, memegang, melihat, berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca dan menghitung.
3.    Pengalaman Sosial (Social Experience). Pengalaman sosial diperoleh anak melalui interaksi sosial dalam bentuk pertukaran pendapat dengan orang lain, percakapan dengan teman, perintah yang diberikan, membaca, atau bentuk lainnya. Dengan cara berinteraksi dengan orang lain, lambat laun sifat egosentris berkurang. Ia sadar bahwa gejala dapat didekati atau dimengerti dengan berbagai cara. Melalui kegiatan diskusi anak akan dapat memperoleh pengalaman mental. Dengan pengalaman mental inilah memungkinkan otak bekerja dan mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Di samping itu pengalaman sosial dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep mental seperti kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
4.    Keseimbangan (Equilibration). Keseimbangan merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat fungsi kognitif yang semakin tinggi. Keseimbangan dapat dicapai melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi menyangkut pemasukan informasi dari luar (lingkungan) dan menggabungkannya dalam bagan konsep yang sudah ada padaotak anak. Akomodasi menyangkut modifikasi bagan konsep untuk menerima bahan dan informasi baru.
Menurut "Howard Gardner", potensi yang terpenting adalah intelegensi, yaitu sebagai berikut:
1.      Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.
2.      Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan.
3.      Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek, dekorator dan pemburu.
4.      Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor, penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.
5.      Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.
6.      Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain seperti yang dimiliki oleh seseorang motivator dan fasilitator.
7.      Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi (merenung) dan keseimbangan diri.
8.      Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal alam, flora dan fauna dengan baik.
9.      Intelegensi eksistensial, kemampuan seseeorang menyangkut kepekaan menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan manusia, seperti apa makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita hidup dan akhirnya mati.
C.     Pengaruh Pendidikan Terhadap Perkembangan Intelektual Remaja
Prof.Irving Lorge (1945) dari universitas California menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula skor IQ atau intelegensinya, disamping adanya faktor lain seperti lingkungan keluarga, sosial, minat belajar, keperibadian, dan sebagainya. Tanpa adanya pendidikan, maka akan sulit untuk mengembangkan intelegensi remaja karena hasil balajar di sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual remaja.
Melalui pendidikan, remaja dapat mengembangkan bakat dan intelegensinya dengan menggunakan berbagai sarana prasarana yang telah disediakan, Karena itulah pemerintahan Indonesia mewajibkan sekolah sembilan tahun supaya pemikiran dan intelegensi remaja dapat berkembang debgan maksimal.
Pengaruh pendidikan terhadap perkembangan intektual remaja  diantaranya sebagai berikut :
1.      Remaja mampu mengembangkan intelektualnya secara maksimal melalui semua sarana prasarana serta bantuan dari tenaga pendidik yang berpengalaman yang telah disediakan.
2.      Remaja dapat memperoleh segenap informasi dan mengembangkan wawasan mengenai dunia daripendidikan yang diperolehnya.
3.      Remaja dapat mengembangkan bakat yang dimiliki dengan didukungnya oleh pendidikan.
4.      Remaja dapat mengembangkan intelektulanya dengan melakukan berbagai percobaan di sekolah.

D.    Faktor-Faktor Penyebab Remaja Putus Sekolah
1.      Kemiskinan Daerah
Pada era otonomi daerah ini asumsi awal melihat besarnya angka putus sekolah adalah situasi kemiskinan yang melilit kemampuan penduduk ataupun pemerintah suatu wilayah dalam memenuhi kebutuhan pendidikan. Fakta menunjukkan, provinsi dengan tingkat pendapatan rendah cenderung memiliki angka putus sekolah yang juga tinggi. Papua Barat, Sulawesi Barat, Maluku, Gorontalo, dan Maluku Utara pada tahun 2007 termasuk dalam lima provinsi yang memiliki nilai produk domestik regional bruto (PDRB) terendah di antara 28 provinsi yang lain.
2.      Akses Sekolah
Selain masalah ekonomi wilayah yang menjadi pendorong tak tertanganinya kasus-kasus putus sekolah, kendala teknis yang bersifat mikro juga menjadi penyebab terhentinya anak bersekolah. Lokasi yang jauh, hilangnya tulang punggung ekonomi keluarga, serta pandangan tentang penting atau tidaknya pendidikan juga menjadi penyebab anak enggan berangkat hingga akhirnya putus sekolah.
Di wilayah-wilayah yang secara geografis sangat luas dan aksesnya terbatas, seperti wilayah-wilayah pedalaman, untuk mencapai sekolah yang berjarak puluhan kilometer tentu bukan perkara mudah. Jika kondisi transportasi wilayah memang sulit dan memakan biaya besar, bisa dipastikan putus sekolah bagi si anak tinggal menunggu waktu.
Data menunjukkan bahwa sebagian kasus putus sekolah banyak terjadi di wilayah-wilayah yang secara geografis masih kesulitan sarana transportasi. Beberapa provinsi yang wilayahnya luas seperti yang ada di Indonesia bagian timur dan beberapa di bagian barat masih memiliki kendala transportasi seperti ini.
3.      Faktor Ekonomi Keluarga
Faktor ekonomi keluarga juga sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan, yang mana biaya sekolah yang semakin meningkat menyebabkan sebagian besar penduduk miskin berhenti sekolah. Seperti anak jalanan yang terpaksa mengamen dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan hidup termasuk bersekolah karena ekonomi keluarganya yang tidak memadai.
4.      Faktor Geografis
Sebagian besar penduduk yang letak geografisnya di bagian pedalaman sangat minim atau tidak sama sekali mendapat pendidikan karena letak geografisnya  yang di pedalaman yang sulit dijangkau pengajar. Seperti contohnya di daerah Papua, mereka disana sangat sulit mendapatkan pendidikan karena letak geografisnya yang di daerah pedalaman.
5.      Faktor Keluarga
Kebanyakan anak putus sekolah juga karena factor orang tua dan keluarga yang kurang memahami arti penting pendidikan sebenarnya. Remaja atau anak tersebut terkadang memiliki intelegensi yang tinggi dan memiliki potensi yang tinggi untuk maju, namun karena orang tua mereka yang menganggap pendidikan tidak begitu penting, akhirnya remaja tersebut tidak mendapat dukungan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjeng yang lebih tinggi.
6.      Faktor dari dalam diri remaja
Factor ini berasal dari dalam diri remaja itu sendiri yaitu kemauan atau keinginannya unntuk bersekolah. Dalam masyarakat tiadak sedikit kita lihat bahaw remaja yang putus sekolah tidak hanya berasal dari remaja yang orang tuanya kuarang mampu, tetapi juga dilihat bahwa remaja yang putus sekolah yaitu remaja yang orang tuanya mampu untuk menyekolahkannya.
 Hal ini disebabkan karena remaja itu sendiri yang tidak mau melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya. Ketidakinginan remaja untuk melanjutkan sekolah dapat disebabkan karena intelegensinya yang terlalu tinggi sehingga tidak ada pengajar yang mampu memuaskan keingintahuannya sehingga remaja itu merasa bosan dan tidak mau bersekolah lagi, untuk mengatasi ini pemerintah telah menyediakan pendidikan yang khusus untuk anak-anak jenius.
E.     Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar remaja tidak putus sekolah
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah meningkatnya angka putus sekolah antara lain :
1.      Dari Pemerintah
Dari pihak pemerinta usah-usaha yang dilakukan salah satunya yaitu mewajibkan seekolah Sembilan tahun dan menggratiskan biaya sekolah tersebut sehingga semua remaja dan anak-anak dapat menikmati pendidikan secara merata. Usaha lain yang dapat dilakukan antara lain :
a.       Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan bagi masa depan.
b.      Membantu mengurangi biaya pendidikan formal, seperti adanya beasiswa yang telah diberikan, dana BOS, Program Bidik Misi bagi Mahasiswa yang berprestasi yang memiliki latar belakang ekonomi rendah.
c.       Mendirikan sekolah-sekolah baru di tempat atau daerah-daerah yang sulit dijangkau pendidikan.
d.      Mendirikan sekolah-sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional bagi anak-anak yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk lebih meningkatkan Intelegensinya.
2.      Dari pihak sekolah
Dari pihak sekolah yang berhubungan langsung dengan remaja atau siswa yang bersangkutan dapat dilakukan usaha- usaha berikut :
a.       Menggunakan metode-metode belajar yang tidak membosankan dengan cara menyelingi belajar dengan suatu permainan sesekali.
b.      Tenaga pengajar memberikan perhatian yang merata kepada semua siswa yang ada agar tidak timbul perasaan dikucilkan atau diskriminasi pada siswa yang kemudian menyebabkan siswa merasa malas untuk mengikuti pelajaran dan berakhir pada putus sekolah.
c.       Membentuk system lokal unggul untuk siswa yang memiliki intelegensi tinggi atau mengelompokkan siswa yang mempunyai intelegensi sama agar mereka dapat bersaing dengan baik dan dalam satu local tidak hanya didominasi oleh satu orang saja.
3.      Orang tua
Orang tua memilki peran yang sangat penting terhadap kelangsungan pendidikan anak dan hendaknya orang tua mendukung pendidikan anak dan memberi tahu anak tentang pentingnya pendidikan bagi masa depannya nanti.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
            Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1.      Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar tehadap perkembangan intelektual remaja.
2.      Faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak putus sekolah antara lain :
a.       Kemiskinan Daerah
b.      Akses Sekolah
c.       Faktor Ekonomi
d.      Faktor Geografis
e.       Faktor Keluarga
f.       Faktor dari dalam diri remaja
3.      Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka putus sekolah
a.       Dari pemerintah
1.      Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan bagi masa depan.
2.      Membantu mengurangi biaya pendidikan formal, seperti adanya beasiswa yang telah diberikan, dana BOS, Program Bidik Misi bagi Mahasiswa yang berprestasi yang memiliki latar belakang ekonomi rendah.
3.      Mendirikan sekolah-sekolah baru di tempat atau daerah-daerah yang sulit dijangkau pendidikan.
4.      Mendirikan sekolah-sekolah Rintisan Sekolah Berstandar Internasional bagi anak-anak yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk lebih meningkatkan Intelegensinya.
b.      Dari sekolah
                                    1.      Menggunakan metode-metode belajar yang tidak membosankan dengan cara menyelingi belajar dengan suatu permainan sesekali.
                                    2.      Tenaga pengajar memberikan perhatian yang merata kepada semua siswa yang ada agar tidak timbul perasaan dikucilkan atau diskriminasi pada siswa yang kemudian menyebabkan siswa merasa malas untuk mengikuti pelajaran dan berakhir pada putus sekolah.
                                    3.      Membentuk system lokal unggul untuk siswa yang memiliki intelegensi tinggi.
c.       Orang tua
Orang tua mendukung pendidikan anak dan memberi tahu anak tentang pentingnya pendidikan bagi masa depannya nanti.

B.     KRITIK DAN SARAN
            Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri. Sebagai mahasiswa pendidikan yang nantinya akan menjadi tenaga pendidik, sebaiknya lebih memahami tentang remaja yang akan dihadapi nanti ketika telah berada di lapangan atau masyarakat.

     



           
                                                                                 








DAFTAR PUSTAKA
Mudjiran,dkk.2007.Perkembangan Peserta Didik.Padang : UNP PRESS
2012.Jum’at/9 Maret.diakses pada:http://pengantarpendidikan.files.wordpress. com/2011/02
/perkembangan-intelektual.pdf
2012. Jum’at/9 Maret.diakses pada:http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan
2012.Kamis/15 Maret. Diakses pada :http://www.psychologymania.com/2011/09/intelegensi-manusia.
html
Load disqus comments

0 komentar