Oleh Resti sanggraini
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan salah satu faktor terpenting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa,
serta merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh terhadap
kesejahteraan hidup seseorang. Pendidikan meliputi pendidikan formal dan
pendidikan non-formal, yang mana pendidikan formal dapat diperoleh melalui
pendidikan yang ada di sekolah-sekolah.
Karena
pentingnya pendidikan bagi kesejahteraan hidup seseorang, maka pemerintahan
Indonesia telah mewajibkan belajar pendidikan dasar sembilan tahun sejak tahun
1994. Namun, dalam kenyataan yang ada di lingkungan masyarakat, masih banyak
remaja dan anak-anak putus sekolah. Melihat banyaknya angka anak atau remaja
putus sekolah, maka penulis mengambil tema “Pengaruh Pendidikan Terhadap
Perkembangan Intelektual Remaja”.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dan tujuan pendidikan ?
2. Apa
yang dimaksud perkembangan intelektual remaja ?
3. Bagaimana
pengaruh pendidikan terhadap perkembangan intelektual remaja ?
4. Apa
saja faktor-faktor yang menyebabkan remaja putus sekolah ?
5. Apa
saja usaha yang dapat dilakukan agar remaja tidak petus sekolah ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dan tujuan pendidikan
2. Untuk
mengetahui perkembangan intelektual remaja
3. Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan terhadap perkembangan intelektual
remaja
4. Untuk
mengetahui factor-faktor penyebab remaja putus sekolah
5. Untuk
mengetahui usaha-usaha yang dapat dilakukan agar remaja tidak putus sekolah
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
dan Tujuan Pendidikan
Menurut UU
Nomor 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.
Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
B. Perkembangan
Intelektual Remaja
Intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran
jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, mempunyai kecerdasan tinggi, cendekiawan,
totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan
pemahaman.
Menurut Ngalim Purwanto (1986)
factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual adalah :
1. Faktor pembawaan (genetic)
2. Factor gizi
3. Factor kematangan
4. Factor pembentukan
5. Kebebasan Psikologis
Menurut hasil penelitian Piaget, ada 4 faktor yang
mempengaruhi tingkat perkembangan intelektual antara lain :
1. Kematangan (maturation).
Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan proses
perubahan fisiologis dan anatomis akan mempengaruhi perkembangan kognitif.
Faktor kedewasaan atau kematangan ini berpengaruh pada perkembangan intelektual
tapi belum cukup menerangkan perkembangan intelektual.
2.
Pengalaman Fisik (Physical Experience).
Pengalaman fisik terjadi karena anak berinteraksi dengan lingkungannya.
Tindakan fisik ini memungkinkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan gaya
otak sehingga mampu mentransfernya dalam bentuk gagasan atau ide. Dari
pengalaman fisik yang diperoleh anak dapat dikembangkan menjadi matematika
logika. Dari kegiatan meraba, memegang, melihat, berkembang menjadi kegiatan
berbicara, membaca dan menghitung.
3.
Pengalaman Sosial (Social Experience).
Pengalaman sosial diperoleh anak melalui interaksi sosial dalam bentuk
pertukaran pendapat dengan orang lain, percakapan dengan teman, perintah yang
diberikan, membaca, atau bentuk lainnya. Dengan cara berinteraksi dengan orang lain,
lambat laun sifat egosentris berkurang. Ia sadar bahwa gejala dapat didekati
atau dimengerti dengan berbagai cara. Melalui kegiatan diskusi anak akan dapat
memperoleh pengalaman mental. Dengan pengalaman mental inilah memungkinkan otak
bekerja dan mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Di samping
itu pengalaman sosial dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep
mental seperti kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
4.
Keseimbangan (Equilibration). Keseimbangan merupakan
suatu proses untuk mencapai tingkat fungsi kognitif yang semakin tinggi.
Keseimbangan dapat dicapai melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
menyangkut pemasukan informasi dari luar (lingkungan) dan menggabungkannya
dalam bagan konsep yang sudah ada padaotak anak. Akomodasi menyangkut
modifikasi bagan konsep untuk menerima bahan dan informasi baru.
Menurut
"Howard Gardner", potensi yang terpenting adalah intelegensi,
yaitu sebagai berikut:
1. Intelegensi linguistik, intelegensi yang menggunakan dan
mengolah kata-kata, baik lisan maupun tulisan, secara efektif. Intelegensi ini
antara lain dimiliki oleh para sastrawan, editor, dan jurnalis.
2. Intelegensi matematis-logis, kemampuan yang lebih berkaitan
dengan penggunaan bilangan pada kepekaan pola logika dan perhitungan.
3. Intelegensi ruang, kemampuan yang berkenaan dengan
kepekaan mengenal bentuk dan benda secara tepat serta kemampuan menangkap dunia
visual secara cepat. Kemampuan ini biasanya dimiliki oleh para arsitek,
dekorator dan pemburu.
4. Intelegensi kinestetik-badani, kemampuan menggunakan gerak tubuh
untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan ini dimiliki oleh aktor,
penari, pemahat, atlet dan ahli bedah.
5. Intelegensi musikal, kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara. Kemampuan ini
terdapat pada pencipta lagu dan penyanyi.
6. Intelegensi interpersonal, kemampuan seseorang untuk mengerti
dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, dan watak temperamen orang lain
seperti yang dimiliki oleh seseorang motivator dan fasilitator.
7. Intelegensi intrapersonal, kemampuan seseorang dalam
mengenali dirinya sendiri. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan berefleksi
(merenung) dan keseimbangan diri.
8. Intelegensi naturalis, kemampuan seseorang untuk mengenal
alam, flora dan fauna dengan baik.
9. Intelegensi eksistensial, kemampuan seseeorang menyangkut
kepekaan menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan manusia, seperti apa
makna hidup, mengapa manusia harus diciptakan dan mengapa kita hidup dan
akhirnya mati.
C. Pengaruh Pendidikan Terhadap
Perkembangan Intelektual Remaja
Prof.Irving Lorge (1945) dari universitas California menunjukan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula skor IQ atau
intelegensinya, disamping adanya faktor lain seperti lingkungan keluarga,
sosial, minat belajar, keperibadian, dan sebagainya. Tanpa adanya pendidikan,
maka akan sulit untuk mengembangkan intelegensi remaja karena hasil balajar di
sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual remaja.
Melalui
pendidikan, remaja dapat mengembangkan bakat dan intelegensinya dengan menggunakan
berbagai sarana prasarana yang telah disediakan, Karena itulah pemerintahan
Indonesia mewajibkan sekolah sembilan tahun supaya pemikiran dan intelegensi
remaja dapat berkembang debgan maksimal.
Pengaruh
pendidikan terhadap perkembangan intektual remaja diantaranya sebagai berikut :
1.
Remaja
mampu mengembangkan intelektualnya secara maksimal melalui semua sarana
prasarana serta bantuan dari tenaga pendidik yang berpengalaman yang telah
disediakan.
2.
Remaja
dapat memperoleh segenap informasi dan mengembangkan wawasan mengenai dunia
daripendidikan yang diperolehnya.
3.
Remaja
dapat mengembangkan bakat yang dimiliki dengan didukungnya oleh pendidikan.
4.
Remaja
dapat mengembangkan intelektulanya dengan melakukan berbagai percobaan di
sekolah.
D.
Faktor-Faktor
Penyebab Remaja Putus Sekolah
1. Kemiskinan
Daerah
Pada era otonomi daerah ini asumsi
awal melihat besarnya angka putus sekolah adalah situasi kemiskinan yang
melilit kemampuan penduduk ataupun pemerintah suatu wilayah dalam memenuhi
kebutuhan pendidikan. Fakta menunjukkan, provinsi dengan tingkat pendapatan
rendah cenderung memiliki angka putus sekolah yang juga tinggi. Papua Barat,
Sulawesi Barat, Maluku, Gorontalo, dan Maluku Utara pada tahun 2007 termasuk
dalam lima provinsi yang memiliki nilai produk domestik regional bruto (PDRB)
terendah di antara 28 provinsi yang lain.
2.
Akses Sekolah
Selain masalah ekonomi wilayah yang
menjadi pendorong tak tertanganinya kasus-kasus putus sekolah, kendala teknis
yang bersifat mikro juga menjadi penyebab terhentinya anak bersekolah. Lokasi
yang jauh, hilangnya tulang punggung ekonomi keluarga, serta pandangan tentang
penting atau tidaknya pendidikan juga menjadi penyebab anak enggan berangkat
hingga akhirnya putus sekolah.
Di wilayah-wilayah yang secara
geografis sangat luas dan aksesnya terbatas, seperti wilayah-wilayah pedalaman,
untuk mencapai sekolah yang berjarak puluhan kilometer tentu bukan perkara
mudah. Jika kondisi transportasi wilayah memang sulit dan memakan biaya besar,
bisa dipastikan putus sekolah bagi si anak tinggal menunggu waktu.
Data menunjukkan bahwa sebagian
kasus putus sekolah banyak terjadi di wilayah-wilayah yang secara geografis
masih kesulitan sarana transportasi. Beberapa provinsi yang wilayahnya luas
seperti yang ada di Indonesia bagian timur dan beberapa di bagian barat masih
memiliki kendala transportasi seperti ini.
3. Faktor Ekonomi Keluarga
Faktor ekonomi keluarga juga sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan pendidikan, yang mana biaya sekolah yang
semakin meningkat menyebabkan sebagian besar penduduk miskin berhenti sekolah.
Seperti anak jalanan yang terpaksa mengamen dan sebagainya untuk memenuhi
kebutuhan hidup termasuk bersekolah karena ekonomi keluarganya yang tidak
memadai.
4. Faktor Geografis
Sebagian besar penduduk yang letak
geografisnya di bagian pedalaman sangat minim atau tidak sama sekali mendapat
pendidikan karena letak geografisnya
yang di pedalaman yang sulit dijangkau pengajar. Seperti contohnya di
daerah Papua, mereka disana sangat sulit mendapatkan pendidikan karena letak
geografisnya yang di daerah pedalaman.
5. Faktor Keluarga
Kebanyakan anak putus sekolah juga
karena factor orang tua dan keluarga yang kurang memahami arti penting
pendidikan sebenarnya. Remaja atau anak tersebut terkadang memiliki intelegensi
yang tinggi dan memiliki potensi yang tinggi untuk maju, namun karena orang tua
mereka yang menganggap pendidikan tidak begitu penting, akhirnya remaja
tersebut tidak mendapat dukungan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjeng
yang lebih tinggi.
6. Faktor dari dalam diri remaja
Factor ini berasal dari dalam diri
remaja itu sendiri yaitu kemauan atau keinginannya unntuk bersekolah. Dalam
masyarakat tiadak sedikit kita lihat bahaw remaja yang putus sekolah tidak
hanya berasal dari remaja yang orang tuanya kuarang mampu, tetapi juga dilihat
bahwa remaja yang putus sekolah yaitu remaja yang orang tuanya mampu untuk
menyekolahkannya.
Hal ini disebabkan karena remaja itu sendiri
yang tidak mau melanjutkan sekolah ke tingkat selanjutnya. Ketidakinginan
remaja untuk melanjutkan sekolah dapat disebabkan karena intelegensinya yang
terlalu tinggi sehingga tidak ada pengajar yang mampu memuaskan keingintahuannya
sehingga remaja itu merasa bosan dan tidak mau bersekolah lagi, untuk mengatasi
ini pemerintah telah menyediakan pendidikan yang khusus untuk anak-anak jenius.
E.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar
remaja tidak putus sekolah
Usaha-usaha yang dapat dilakukan
untuk mencegah meningkatnya angka putus sekolah antara lain :
1. Dari Pemerintah
Dari pihak pemerinta usah-usaha yang
dilakukan salah satunya yaitu mewajibkan seekolah Sembilan tahun dan
menggratiskan biaya sekolah tersebut sehingga semua remaja dan anak-anak dapat
menikmati pendidikan secara merata. Usaha lain yang dapat dilakukan antara lain
:
a. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat
tentang arti pentingnya pendidikan bagi masa depan.
b. Membantu mengurangi biaya pendidikan
formal, seperti adanya beasiswa yang telah diberikan, dana BOS, Program Bidik
Misi bagi Mahasiswa yang berprestasi yang memiliki latar belakang ekonomi
rendah.
c. Mendirikan sekolah-sekolah baru di
tempat atau daerah-daerah yang sulit dijangkau pendidikan.
d. Mendirikan sekolah-sekolah Rintisan
Sekolah Berstandar Internasional bagi anak-anak yang memiliki kemampuan yang
tinggi untuk lebih meningkatkan Intelegensinya.
2. Dari pihak sekolah
Dari pihak sekolah yang berhubungan
langsung dengan remaja atau siswa yang bersangkutan dapat dilakukan usaha-
usaha berikut :
a. Menggunakan metode-metode belajar
yang tidak membosankan dengan cara menyelingi belajar dengan suatu permainan sesekali.
b. Tenaga pengajar memberikan perhatian
yang merata kepada semua siswa yang ada agar tidak timbul perasaan dikucilkan
atau diskriminasi pada siswa yang kemudian menyebabkan siswa merasa malas untuk
mengikuti pelajaran dan berakhir pada putus sekolah.
c. Membentuk system lokal unggul untuk
siswa yang memiliki intelegensi tinggi atau mengelompokkan siswa yang mempunyai
intelegensi sama agar mereka dapat bersaing dengan baik dan dalam satu local
tidak hanya didominasi oleh satu orang saja.
3. Orang tua
Orang tua memilki peran yang sangat
penting terhadap kelangsungan pendidikan anak dan hendaknya orang tua mendukung
pendidikan anak dan memberi tahu anak tentang pentingnya pendidikan bagi masa
depannya nanti.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Pendidikan mempunyai pengaruh yang
sangat besar tehadap perkembangan intelektual remaja.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
anak putus sekolah antara lain :
a. Kemiskinan
Daerah
b.
Akses Sekolah
c.
Faktor
Ekonomi
d.
Faktor
Geografis
e.
Faktor
Keluarga
f. Faktor dari dalam diri remaja
3.
Usaha-usaha
yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka putus sekolah
a. Dari pemerintah
1. Memberikan penyuluhan terhadap
masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan bagi masa depan.
2. Membantu mengurangi biaya pendidikan
formal, seperti adanya beasiswa yang telah diberikan, dana BOS, Program Bidik
Misi bagi Mahasiswa yang berprestasi yang memiliki latar belakang ekonomi
rendah.
3. Mendirikan sekolah-sekolah baru di
tempat atau daerah-daerah yang sulit dijangkau pendidikan.
4. Mendirikan sekolah-sekolah Rintisan
Sekolah Berstandar Internasional bagi anak-anak yang memiliki kemampuan yang
tinggi untuk lebih meningkatkan Intelegensinya.
b. Dari sekolah
1.
Menggunakan
metode-metode belajar yang tidak membosankan dengan cara menyelingi belajar
dengan suatu permainan sesekali.
2.
Tenaga
pengajar memberikan perhatian yang merata kepada semua siswa yang ada agar
tidak timbul perasaan dikucilkan atau diskriminasi pada siswa yang kemudian
menyebabkan siswa merasa malas untuk mengikuti pelajaran dan berakhir pada
putus sekolah.
3.
Membentuk
system lokal unggul untuk siswa yang memiliki intelegensi tinggi.
c. Orang tua
Orang tua mendukung pendidikan anak
dan memberi tahu anak tentang pentingnya pendidikan bagi masa depannya nanti.
B. KRITIK DAN SARAN
Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri.
Sebagai mahasiswa pendidikan yang nantinya akan menjadi tenaga pendidik, sebaiknya
lebih memahami tentang remaja yang akan dihadapi nanti ketika telah berada di
lapangan atau masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Mudjiran,dkk.2007.Perkembangan Peserta Didik.Padang : UNP
PRESS
2012.Jum’at/9 Maret.diakses pada:http://pengantarpendidikan.files.wordpress.
com/2011/02
/perkembangan-intelektual.pdf
2012. Jum’at/9
Maret.diakses pada:http://id.wikipedia.org/wiki/Dasar_Pendidikan
2012.Kamis/15 Maret. Diakses pada :http://www.psychologymania.com/2011/09/intelegensi-manusia.
html
0 komentar