Wednesday, March 26, 2014

“Pembangunan Ekonomi dalam Upaya -Upaya Internasional ”



BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
          Para ahli ekonomi seperti prebisch, singer dan myrdal. Mereka berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri justru memperlambat pembangunan negara terbelakang. Sebagaimana dikatakan myrdal, “akibat wajar perdagangan bebas antara dua negara di mana yang satu negara industri dan yang lainnya negara terbelakang adalah awal terjadinya suatu proses kumulatif pemiskinan dan stagnasi negara yang disebut belakangan”. Biasanya di kemukakan tiga kiat (argumen) dalam menyokong pandangan bahwa perdagangan internasional menghambat pembangunan. Satu, dampak negatif pergerakan modal internasional; dua, demonstration  effect internasional yang merugikan; dan ketiga, kemerosotan sekuler imbangan perdangan barang (“comodity terms of trade”).
            Kebijaksanaan perdagangan dapat didefinisikan sebagai kebijaksanaan yang dapat menopang pencepatan laju pembangunan ekonomi dengan:
a) Memungkinkan Negara terbelakang memperoleh bagian lebih besar dari manfaat perdagangan
b) Meningkatkan laju pembentukan modal.
c) Meningkatkan industrialisme; dan
d) Menjaga keseimbangan neraca pembayaranBeberapa argument telah dikemukakan guna mendukung suatu kebijaksanaan perdagangan yang pada hakikatnya bertujuan memberikan proteksi
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut
1.      Jelaskan Peranann Perdagangan Luar Negeri dalam pembangunan Ekonomi?
2.     Jelaskan Kebijaksanaan Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan :
1.      Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pengantar ekonomi pembangunan
2.      Untuk menambah wawasan tentang peranan perdaganan luar negeri dalam pembengunan ekonomi dan kebijaksaan perdagangan dalam pembengunan ekonomi.
3.      Agar dapat mengimplementasikan materi  ini dalam kehidupan sehari-hari



BAB II
PEMBAHASAN

   2.1 Peranan Perdagangan Luar Negeri Dalam Pemangunan Ekonomi
            Perdagangan luar negeri mempunyai arti yang sangat penting bagi negara terbelakang . Memberikan arti perlunya membangun, pengetahuan, dan pengalaman yang memungkinkan pembangunan serta memberikan sarana untuk melaksanakannya. Manfaat langsung Suatu negara mengkhususkan diri pada produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan pembagian kerja, ia dapat mengekspor komoditi yang ia produksi lebih murah itu untuk di pertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya lebih rendah.Manfaat tidak langsung pertama, perdagangan luar negeri membantu mempertukarkan barang-barang yang mempunyai kemampuan pertumbuhan rendah dengan barang-barang luar negeri yang mempunyai kemampuan pertumbuhan rendah dengan barang-barang luar negeri yang mempunyai kemampuan pertumbuhan tinggi.Kedua,perdagangan luar negeri mempunyai pengaruh mendidik. Negara terbelakang kekurangan keterampilan penting tertentu. Kekurangan ini merupakan rintangan yang lebih besar bagi pembangunan dari pada kekurangan akan barang-barang modal.Ketiga, perdagangan luar negeri memberikan dasar bagi pemasukan modal luar negeri kenegara- negara terbelakang. Jika tidak ada perdagangan luar negeri, modal luar negeri tidak akan mengalir dari negara kaya ke negara miskin.Akhirnya, keempat, perdagangan luar negeri menguntungkan negara terbelakang, secara tidak langsung  karena meningkatkan persaingan sehat, dan mengendalikan monopoli yang tidak efisien.
            Pandangan yang Berlawanan ,Para ahli ekonomi seperti prebisch, singer dan myrdal. Mereka berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri justru memperlambat pembangunan negara terbelakang. Sebagaimana dikatakan myrdal, “akibat wajar perdagangan bebas antara dua negara di mana yang satu negara industri dan yang lainnya negara terbelakang adalah awal terjadinya suatu proses kumulatif pemiskinan dan stagnasi negara yans disebut belakangan”. Biasanya di kemukakan tiga kiat (argumen) dalam menyokong pandangan bahwa perdagangan internasional menghambat pembangunan. Satu, dampak negatif pergerakan modal internasional; dua, demonstration  effect internasional yang merugikan; dan ketiga, kemerosotan sekuler imbangan perdangan barang (“comodity terms of trade”).
            Catatan Pada Tesis PREBISCH-SINGER ,Tesis presbich-singer menyatakan bahwa kemerosotan jangka panjang dalam imbangan dagang (terms of trade) merupakan faktor penting yang menghambat pertumbuhan negara terbelakang. Terms of trade antara negara pinggiran (negara terbelakang) dan negara pusat (negara maju) telah bergeser untuk keuntungan negara yang disebutkan belakangan lantaran adanya unsur monopolistik pada produk mereka dan faktor pasar yang memungkinkan mereka memetik manfaat kemajuan teknologi dalam bentuk peningkatan pendapatan faktor, sebaliknya pada negara yang pertama keuntungan dalam produktivitas ditelan oleh kemerosotan harga.Pendapat singer ialah bahwa pembukaan negara terbelakang untuk perdagangan luar negeri dan investasi cenderung menghambat pembangunan karena maksud dan tujuan investasi adalah untuk membuka sumber bahan makanan baru bagi rakyat dan bagi mesin-mesin negara industri. Spesilisasi negara terbelakang pada ekspor bahan makanan dan bahan mentah untuk negara industri, yang sebagian besar akibat investasi oleh negara yang disebut belakangan, tidak menguntungkan negara terbelakang karena tiga sebab berikut:
(I)    Negara investor memperoleh bagian yang lebih besar dari efek multiplikasi kumulatif investasi asing dalam bentuk mengalirnya keuntungan yang lebih besar ke negara asal;
(II) Spesilisasi tadi mengalihkan negara terbelakang ke jenis kegiatan yang kurang memungkinkan tumbuhnya kemajuan teknologi ekonomi eksternal dan internal;
(III)                      Hal itu memperburuk imbangan dagang (terms of trade) negara terbelakang.

            Dalam kata-kata singer “Adalah suatu kenyataan sejarah bahwa sejak tahun tujuh puluhan kecenderungan harga kenyataannya merugikan penjual bahan makanan dan bahan mentah dan menguntungkan penjual barang-barang manufaktur.
Menurut singer, kesan umum bahwa kecenderungan memburuknya imbangan dagang produsen barang primer telah terbaik sejak hari-hari sebelum perang, tidak pernah ditopang oleh fakta.
Profesor Gunnar Myrdal   menyokong tesis prebisch. Menurutnya, kebanyakan negara terbelakang dibebani dengan sekeranjang barang ekspor tradisional, . . . padahal harganya selalu tertinggal di bawah. Sebagai akibatnya, imbangan dagang antara bidang pertanian dan manufaktur di dunia bergeser untuk keuntungan manufaktur.
Profesor Jagdish Bhagwati meneruskan gagasan itu lebih jauh ke dalam teorinya “pertumbuhan yang memiskinkan” (immerizing Growth). Menurut Bhagwati, karena kemajuan teknologi dan akumulasi faktor, perluasan ekomomi menyebabkan terms of trade negara-negara terbelakang semakin memburuk.
            Para ahli ekonomi mengritik dengan tajam kemerosotan sekuler prebisch-singer, baik argumen statistiknya maupun argumen analitisnya.

1.      Tesis tersebut secara keseluruhan didasarkan pada “kebalikan” dari indeks tahunan imbangan dagang negara Inggris. Sebagian dasar analisa, statistik ini cukup lemah untuk merampakkan (menggeneralisasikan) bahwa secara historis imbangan dagang negara-negara terbelakang telah merosot antara antara tahun 1870 dan 1930.
2.      Tesis kemerosotan jangka panjang oleh Kindleberger, Ellsworth, Morgan, Haberler, dan Lipsey belum dibuktikan kebenarannya berdasarkan penelitian modern. Lipsey menyimpulkan dalam studinya, dua keyakinan yang dianut luas mengenai net-barter terms of trade tidak mendapatkan konfirmasi pada data di Amerika Serikat. Yang pertama ialah bahwa telah terjadi perbaikan jangka panjang yang mendasar pada imbangan dagang negara maju, termasuk Amerika Serikat; yang lain ialah bahwa telah terjadi kemerosotan jangka panjang yang mononjol pada imbangan dagang produk primer bila dibandingkan dengan produk manufaktur.
3.      Adalah tidak benar menyamaratakan bahwa semua negara terbelakang mengekspor produk-produk primer dan semua negara maju mengekspor manufaktur.
4.      Argumen bahwa unsur monopolistik pada negara industri mengangkangi keuntungan kemajuan teknologi buat mereka sendiri dan merugikan produsen produk-produk primer di negara terbelakang belum didukung dengan bukti empiris.
5.      Anggapan bahwa bekerjaanya hukum Engel cendrung mengurangisecara sekuler permintaan negara industri akan produk-produk prime terlalu dilebihkan karena hukum ini berlaku untuk bahan makanan dan bahan mentah.
6.      Menurut Fredie ,Mehta imbangan dagang bukanlahfaktor penentu pembanguanan ekonomi yang paling penting.keuntungan dari perdagangan luar negeri  dalam bentuk perbaikan produdk,penemuan produk ,diversifikasi produk.
7.      Pengambilan kesimpulan  kondisi tahun 1870-1930 bahwa terdapat kemerosotan sekuler pada pada imbangan dagang negara terbelakang sebagai akibat menurunya permintaan dunia bagi produk primer.Padahal terjadi perubahan besar dibidang metode produksi dan transportasi,produksi dan perdagangan dunia,pada populasi dunia dan stnadar kehidupan.
8.      Langkah kebijaksanaan,Perbisch menganjurkan proteksi,sementara singer menyarankan pemanfaatan modal asing secara baik.tidak ada bantahan terhadap singer,tetepi anjurann Prebisch dikritik secara kejam.Mydarl menyangsikan apakah negara terbelakang mempunyai kekuatan monopoli dan monopsony untuk memperbaiki imbangan dagang melalui pengenaan pajak ekspor dan impor.


2.2 Kebijaksanaan perdagangan dan pembangunan ekonomi
            Kebijaksanaan perdagangan dapat didefinisikan sebagai kebijaksanaan yang dapat menopang pencepatan laju pembangunan ekonomi dengan:
a)      Memungkinkan Negara terbelakang memperoleh bagian lebih besar dari manfaat perdagangan
b)      Meningkatkan laju pembentukan modal
c)      Meningkatkan industrialisme; dan
d)     Menjaga keseimbangan neraca pembayaran
Beberapa argument telah dikemukakan guna mendukung suatu kebijaksanaan perdagangan yang pada hakikatnya bertujuan memberikan proteksi.
1.      Argument terms of trade
Peningkatan pendapatan perdagangan suatu Negara terbelakang di dasarkan pada argument terms of trade. Perubahan terms of trade yang menguntungkan suatu Negara terbelakang berarti pendapatan nasional naik.Keterbatasan. Pertama, perbaikan terms of trade tidak banyak mempunyai relevansi dengan pembentukan modal, jika pendapatan yang meningkat tidak di tabung tetapi di hamburkan pada barang-barang impor dan domestic. Kedua, agar kebijaksanaan tariff seperti itu berhasil, Negara pemberlaku tariff harus mempunyai kekuatan monopoli atau monopoli yang cukup. Ketiga, kebijaksaan tariff seperti itu hanya efektif bila ‘foreign-0ffer curve’ tidak elastic.
2.      Argument rasio tabungan
Salah satu sumber utama pembentukan  modal adalah kenaikan dalam laju investasi melalui pengalakan tabungan domestic. Tabungan domestic dapat di tingkatkan dengan membatasi impor barang konsumsi melalui pengawasan langsung atau bea masuk.Keterbatasan. Pertama, jika pembatasan impor tidak menurunkan belanja barang konsumsi, tetapi hanya mengeser pengeluaran dari barang impor kepada barang konsumsi domestic, permintaan pada barang yang disebutkan terakhir ini akan meningkat dibandingkan dengan penawarannya dan akan menimbulkan tekanan inflasi dibidang harga dan biaya. Kedua, peningkatan konsumsi didalam negeri akan juga terjadi atas beban investasi dalam negeri karena konsumsi yang bertambah menyeret factor-faktor domestic menjauh dari pembentukan modal dan pemeliharaan modal.

            Ketiga, jika pembatasan impor barang konsumsi mewah tidak di barengi dengan pembatasan yang sama terhadap produksi domestic barang yang sama, tabungan domestic akan terhisap kedalam saluran-saluran yang tidak perlu.keempat, jika pembatasan impor di laksanakan untuk melindugi industry pesaing impor domestic ia mungkin menarik sumber-sumber daya menjauh dari industry-indutri ekspor. Kelima, kebijaksanaan pembatasan impor yang menimbulkan kenaikan pada biaya dan harga domestic dapat menimbulkan pengaruh yang tidak sehat terhadap ekspor.
3.      Argument investasi asing
Pasar domestic yang luas merupakan daya tarik yang kuat bagi masuknya modal asing. Sebagai mana dinyatakan dengan jelas oleh nurkse dalam hal ini: “[proteksi tariff, jika ia memang dapat membantu, hanya dapat membantu si kuat , tetapi tidak si lemah.
4.      Argument “industry muda” listian yang terkenal itu, yang memihak proteksi, memberikan cukup dorongan bagi Negara terbelakang dalam mempercepat langkah industrialisasi mereka.Keterbatasan. Argument tersebut memiliki keterbatasan: pertama, menurut nurkse, proteksi industry muda itu sendiri merupakan instrument peningkatan pembangunan ekonomi yang tidak efektif karena proteksi mengabaikan masalah penawaran modal. Kedua, proteksi industry muda seharusnya baru di lakukan setelah industry yang bersangkutan betul-betul sudah dewasa. Ketiga proteksi tariff tidak dapat menciptakan atau meningkatkan penawaran modal yang di perlukan oleh indutri muda tersebut. Keempat, menyangsingkan apakah tekanan pada substitusi impor akan cukup menghasilkan suatu pertumbuhan ekonomi yang berimbang. Kelima, karena indutri muda itu telah didirikan maka agar kebijaksanaan proteksi tersebut berhasil harus di penuhi beberapa persyaratan. Keenam, sulit untuk memutuskan jumlah dan jangka waktu proteksi yang akan di berikan kepada industry muda tersebut. Ketujuh, mengasumsikan bahwa persyaratan tersebut telah terpenuhi penentuan mengenai industry mana yang harus di anggap masih bayi pun tidak begitu mudah karena sulitnya meramal perubahan-perubahan pada biaya dan perluasan ekonomi eksternal di masa depan.
5.      Argument ekonomi eksternal. Pendirian dan perkembangan setiap industry yang baru menghasilkan keuntungan dalam bentuk ekonomi eksternal. Ekonomi eksternal secara umum di golongkan sebagai ekonomi eksternal, “teknologi” dan “moneter”.
           
            Keterbatasannya. argument ekonomi eksternal mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut :  pertama, jika biaya produksi perusahaan pada industry lain turun sebagai akibat perluasan kapasitas industry yang di produksi, di karenakan oleh munculnya ekonomi eksternal teknologi atau moneter, pada situasi ini” daya untung pribadi “,mengalahkan” daya tarik social”. Kedua, Myrdal berpendapat bahwa ekonomi eksternal yang lebih besar dapat di capai pada bidang ekspor sebagai mana juga pada bidang industry pesaing impor. Ketiga, pada kenyataannya , orang harus menghitung ekonomi eksternal netto, yaitu ekonomi eksternal dikurangi disekonomi, yang mwngalir ketangan warga Negara saja dan tidak menghitung 1. Ekonomi eksternal moneter yang mengalir ketangan pembeli asing akibat perluasan industry ekspor dan 2. Disekonomi yang di tanggung pesaing asing akibat perluasan industry pesaing impor.
6.      Argument redistribusi factor
Pada suatu Negara terbelakang kesenjangan harga dan biaya antara pertanian dan industry begitu lebar sehingga menghambat pembangunan industryKeterbatasan. Argument ini juga tidak terlepas dari berbagai keterbatasa. Pertama, aragumen  ini tidak jalan jika di terapkan pada masalah pengangguran terselubung di Negara terbelakang. Kedua, kita telah memperbincangkan berbagai aspek mengenai masalah pengangguran terselubung. Ketiga, betapapun argument keunggulan industry tidak dapat di pertahankan dlam konteks pertumbuhan ekonomi
7.      Argument neraca pembayaran.,Salah satu tujuan penting kebijaksanaan perdagangan suatu Negara terbelakang adalah mencegah ketidak seimbangan neraca pembayaran.
Langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran
1.      Peningkatan ekspor.,Peningkatan ekspor sangat di perlukan untuk mengatasi ketidakseimbangan neraca pembayaran.
2.      Substitusi impor.,Strateginya adalah mengurangi impor barang konsumsi dan memproduksinya sendiri di dalam negeri.




Dalih substitusi impor
                        Dalih substitusi impor didasarkan pada alas an bahwa ssecara historis perdagangan berjalan sebagai suatu mekanisme ketimpangan internasional yang tidak menguntungkan Negara terbelakang.
            Salah satu argument penting dari kebijaksanaan substitusi impor adalah bahwa ia menghindari ketidak tentuan dan resiko yang terkandung dalam usaha mencari pasar bagi industry substitusi impor, karena mana kala impor di hentikan, pasar untuk industry-indutri baru sudah ada dan terjamin
            Argument lain untuk mendukung industrialisasi substitusi impor adalah dari sudut kesejahteraan ekonomi Negara terbelakang dalam jangka panjang. Akhirnya, tujuan akhir indutrialisasi melalui substitusi impor ada dua segi: (i) untuk mencapai suasembada produksi barang konsumsi sudah jadi, barang setengah jadi dan mesin-mesin. (ii) mengekspor barang-barang tersebut kenegara sedang berkembang dan Negara maju
            Alas an menentang substitusi impor
            Tujuan pokok kebijaksanaan substitusi impor yang di arahkan pada penghematan devisa ternyata telah gagal. Industry yang telah didirikan bukanlah indutri yang mun gkin menghemat devisa. Argument bahwa industrialisasi substitusi impor adalah perlu untuk ,memenuhi permintaan domestic akan barang-barang industry dengancara menghentikan impor berarti mengabaikan kebutuhan akan impor yang lebih besar.
            Promosi ekspor VS substitusi impor
            Kedua kebijaksanaan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu, mengatasi kesulitan neraca pembayaran. Untuk tujuan pembahasan marilah kita bagi Negara sedang berkembang menjadi dua bagian: (i) Negara yang tidak mengalami tekanan penduduk yang gawat. (ii) Negara yang berpenduduk padat.











BAB III
Penutup
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Ciri-ciri Negara Sedang berkembang : Kemiskinan umum, Pertanian mata pencarian utama ,Ekonomi Dualistis, Sumber alam kurang terolah.,Pengangguran dan pengangguran tersembunyi,Keterbelakangan ekonomi, Ketiadaan inisiatif dan usaha, Kelangkaan alat modal, Keterbelakangan teknologi,Orientasi perdagangan luar negeri.
Saran
Kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih kapada para pembaca makalah ini yang telah berkanan membaca makalah ini, Mungkin makalah ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak di temukan banyak kesalahan di sana sini. Untuk itu kami sebagai penulis mengucapkan maaf yang sebesar besar nya dan juga kami memohon keritik serta sarannya yang bersifat membangun.



























DAFTAR PUSTAKA

Jhingan, M.L.2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali Press.

Load disqus comments

0 komentar