BAB
I
PENDAHULUAN
1.1Latar
Belakang
Para ahli ekonomi seperti prebisch, singer dan myrdal.
Mereka berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri justru
memperlambat pembangunan negara terbelakang. Sebagaimana dikatakan myrdal,
“akibat wajar perdagangan bebas antara dua negara di mana yang satu negara
industri dan yang lainnya negara terbelakang adalah awal terjadinya suatu
proses kumulatif pemiskinan dan stagnasi negara yang disebut belakangan”.
Biasanya di kemukakan tiga kiat (argumen) dalam menyokong pandangan bahwa
perdagangan internasional menghambat pembangunan. Satu, dampak negatif
pergerakan modal internasional; dua, demonstration effect internasional yang merugikan; dan
ketiga, kemerosotan sekuler imbangan perdangan barang (“comodity terms of
trade”).
Kebijaksanaan perdagangan dapat
didefinisikan sebagai kebijaksanaan yang dapat menopang pencepatan laju
pembangunan ekonomi dengan:
a) Memungkinkan Negara terbelakang memperoleh bagian lebih besar dari manfaat perdagangan
b) Meningkatkan laju pembentukan modal.
c) Meningkatkan industrialisme; dan
d) Menjaga keseimbangan neraca pembayaranBeberapa argument telah dikemukakan guna mendukung suatu kebijaksanaan perdagangan yang pada hakikatnya bertujuan memberikan proteksi
a) Memungkinkan Negara terbelakang memperoleh bagian lebih besar dari manfaat perdagangan
b) Meningkatkan laju pembentukan modal.
c) Meningkatkan industrialisme; dan
d) Menjaga keseimbangan neraca pembayaranBeberapa argument telah dikemukakan guna mendukung suatu kebijaksanaan perdagangan yang pada hakikatnya bertujuan memberikan proteksi
1.2
Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut
1.
Jelaskan
Peranann Perdagangan Luar Negeri dalam pembangunan Ekonomi?
2. Jelaskan Kebijaksanaan
Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi?
1.3
Tujuan
Makalah ini disusun dengan
tujuan :
1.
Sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah pengantar ekonomi pembangunan
2.
Untuk
menambah wawasan tentang peranan perdaganan luar negeri dalam pembengunan
ekonomi dan kebijaksaan perdagangan dalam pembengunan ekonomi.
3.
Agar
dapat mengimplementasikan materi ini
dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Perdagangan
Luar Negeri Dalam Pemangunan Ekonomi
Perdagangan
luar negeri mempunyai arti yang sangat penting bagi negara terbelakang .
Memberikan arti perlunya membangun, pengetahuan, dan pengalaman yang
memungkinkan pembangunan serta memberikan sarana untuk melaksanakannya. Manfaat
langsung Suatu negara mengkhususkan diri pada produksi beberapa barang
tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan pembagian kerja, ia dapat
mengekspor komoditi yang ia produksi lebih murah itu untuk di pertukarkan
dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya lebih rendah.Manfaat
tidak langsung pertama, perdagangan luar negeri membantu
mempertukarkan barang-barang yang mempunyai kemampuan pertumbuhan rendah dengan
barang-barang luar negeri yang mempunyai kemampuan pertumbuhan rendah dengan
barang-barang luar negeri yang mempunyai kemampuan pertumbuhan tinggi.Kedua,perdagangan
luar negeri mempunyai pengaruh mendidik. Negara terbelakang kekurangan
keterampilan penting tertentu. Kekurangan ini merupakan rintangan yang lebih besar
bagi pembangunan dari pada kekurangan akan barang-barang modal.Ketiga,
perdagangan luar negeri memberikan dasar bagi pemasukan modal luar negeri
kenegara- negara terbelakang. Jika tidak ada perdagangan luar negeri, modal
luar negeri tidak akan mengalir dari negara kaya ke negara miskin.Akhirnya,
keempat, perdagangan luar negeri menguntungkan negara terbelakang, secara tidak
langsung karena meningkatkan persaingan
sehat, dan mengendalikan monopoli yang tidak efisien.
Pandangan
yang Berlawanan ,Para ahli ekonomi seperti prebisch, singer dan myrdal. Mereka
berpendapat bahwa secara historis perdagangan luar negeri justru memperlambat
pembangunan negara terbelakang. Sebagaimana dikatakan myrdal, “akibat wajar
perdagangan bebas antara dua negara di mana yang satu negara industri dan yang
lainnya negara terbelakang adalah awal terjadinya suatu proses kumulatif
pemiskinan dan stagnasi negara yans disebut belakangan”. Biasanya di kemukakan
tiga kiat (argumen) dalam menyokong pandangan bahwa perdagangan internasional
menghambat pembangunan. Satu, dampak negatif pergerakan modal
internasional; dua, demonstration effect internasional yang merugikan; dan
ketiga, kemerosotan sekuler imbangan perdangan barang (“comodity terms of
trade”).
Catatan Pada Tesis PREBISCH-SINGER ,Tesis presbich-singer
menyatakan bahwa kemerosotan jangka panjang dalam imbangan dagang (terms of
trade) merupakan faktor penting yang menghambat pertumbuhan negara terbelakang.
Terms of trade antara negara pinggiran (negara terbelakang) dan negara pusat
(negara maju) telah bergeser untuk keuntungan negara yang disebutkan belakangan
lantaran adanya unsur monopolistik pada produk mereka dan faktor pasar yang
memungkinkan mereka memetik manfaat kemajuan teknologi dalam bentuk peningkatan
pendapatan faktor, sebaliknya pada negara yang pertama keuntungan dalam
produktivitas ditelan oleh kemerosotan harga.Pendapat singer ialah bahwa
pembukaan negara terbelakang untuk perdagangan luar negeri dan investasi
cenderung menghambat pembangunan karena maksud dan tujuan investasi adalah
untuk membuka sumber bahan makanan baru bagi rakyat dan bagi mesin-mesin negara
industri. Spesilisasi negara terbelakang pada ekspor bahan makanan dan bahan
mentah untuk negara industri, yang sebagian besar akibat investasi oleh negara
yang disebut belakangan, tidak menguntungkan negara terbelakang karena tiga
sebab berikut:
(I)
Negara investor memperoleh bagian yang lebih
besar dari efek multiplikasi kumulatif investasi asing dalam bentuk mengalirnya
keuntungan yang lebih besar ke negara asal;
(II) Spesilisasi
tadi mengalihkan negara terbelakang ke jenis kegiatan yang kurang memungkinkan
tumbuhnya kemajuan teknologi ekonomi eksternal dan internal;
(III)
Hal itu memperburuk imbangan dagang (terms of
trade) negara terbelakang.
Dalam
kata-kata singer “Adalah suatu kenyataan sejarah bahwa sejak tahun tujuh
puluhan kecenderungan harga kenyataannya merugikan penjual bahan makanan dan
bahan mentah dan menguntungkan penjual barang-barang manufaktur.
Menurut singer, kesan umum bahwa
kecenderungan memburuknya imbangan dagang produsen barang primer telah terbaik
sejak hari-hari sebelum perang, tidak pernah ditopang oleh fakta.
Profesor Gunnar Myrdal menyokong tesis prebisch. Menurutnya,
kebanyakan negara terbelakang dibebani dengan sekeranjang barang ekspor
tradisional, . . . padahal harganya selalu tertinggal di bawah. Sebagai
akibatnya, imbangan dagang antara bidang pertanian dan manufaktur di dunia
bergeser untuk keuntungan manufaktur.
Profesor Jagdish Bhagwati
meneruskan gagasan itu lebih jauh ke dalam teorinya “pertumbuhan yang
memiskinkan” (immerizing Growth). Menurut Bhagwati, karena
kemajuan teknologi dan akumulasi faktor, perluasan ekomomi menyebabkan terms
of trade negara-negara terbelakang semakin memburuk.
Para
ahli ekonomi mengritik dengan tajam kemerosotan sekuler prebisch-singer, baik
argumen statistiknya maupun argumen analitisnya.
1.
Tesis tersebut secara keseluruhan didasarkan
pada “kebalikan” dari indeks tahunan imbangan dagang negara Inggris. Sebagian
dasar analisa, statistik ini cukup lemah untuk merampakkan
(menggeneralisasikan) bahwa secara historis imbangan dagang negara-negara
terbelakang telah merosot antara antara tahun 1870 dan 1930.
2.
Tesis kemerosotan jangka panjang oleh
Kindleberger, Ellsworth, Morgan, Haberler, dan Lipsey belum dibuktikan
kebenarannya berdasarkan penelitian modern. Lipsey menyimpulkan dalam studinya,
dua keyakinan yang dianut luas mengenai net-barter terms of trade tidak
mendapatkan konfirmasi pada data di Amerika Serikat. Yang pertama ialah bahwa
telah terjadi perbaikan jangka panjang yang mendasar pada imbangan dagang
negara maju, termasuk Amerika Serikat; yang lain ialah bahwa telah terjadi
kemerosotan jangka panjang yang mononjol pada imbangan dagang produk primer
bila dibandingkan dengan produk manufaktur.
3.
Adalah tidak benar menyamaratakan bahwa semua
negara terbelakang mengekspor produk-produk primer dan semua negara maju
mengekspor manufaktur.
4.
Argumen bahwa unsur monopolistik pada negara
industri mengangkangi keuntungan kemajuan teknologi buat mereka sendiri dan
merugikan produsen produk-produk primer di negara terbelakang belum didukung
dengan bukti empiris.
5.
Anggapan bahwa bekerjaanya hukum Engel cendrung
mengurangisecara sekuler permintaan negara industri akan produk-produk prime
terlalu dilebihkan karena hukum ini berlaku untuk bahan makanan dan bahan
mentah.
6.
Menurut Fredie ,Mehta imbangan dagang
bukanlahfaktor penentu pembanguanan ekonomi yang paling penting.keuntungan dari
perdagangan luar negeri dalam bentuk
perbaikan produdk,penemuan produk ,diversifikasi produk.
7.
Pengambilan kesimpulan kondisi tahun 1870-1930 bahwa terdapat
kemerosotan sekuler pada pada imbangan dagang negara terbelakang sebagai akibat
menurunya permintaan dunia bagi produk primer.Padahal terjadi perubahan besar
dibidang metode produksi dan transportasi,produksi dan perdagangan dunia,pada
populasi dunia dan stnadar kehidupan.
8.
Langkah kebijaksanaan,Perbisch menganjurkan
proteksi,sementara singer menyarankan pemanfaatan modal asing secara baik.tidak
ada bantahan terhadap singer,tetepi anjurann Prebisch dikritik secara
kejam.Mydarl menyangsikan apakah negara terbelakang mempunyai kekuatan monopoli
dan monopsony untuk memperbaiki imbangan dagang melalui pengenaan pajak ekspor
dan impor.
2.2
Kebijaksanaan perdagangan dan pembangunan ekonomi
Kebijaksanaan
perdagangan dapat didefinisikan sebagai kebijaksanaan yang dapat menopang
pencepatan laju pembangunan ekonomi dengan:
a)
Memungkinkan
Negara terbelakang memperoleh bagian lebih besar dari manfaat perdagangan
b)
Meningkatkan
laju pembentukan modal
c)
Meningkatkan
industrialisme; dan
d)
Menjaga
keseimbangan neraca pembayaran
Beberapa argument
telah dikemukakan guna mendukung suatu kebijaksanaan perdagangan yang pada
hakikatnya bertujuan memberikan proteksi.
1.
Argument
terms of trade
Peningkatan
pendapatan perdagangan suatu Negara terbelakang di dasarkan pada argument terms
of trade. Perubahan terms of trade yang menguntungkan suatu Negara terbelakang
berarti pendapatan nasional naik.Keterbatasan.
Pertama, perbaikan terms of trade tidak banyak mempunyai relevansi dengan
pembentukan modal, jika pendapatan yang meningkat tidak di tabung tetapi di
hamburkan pada barang-barang impor dan domestic. Kedua, agar kebijaksanaan
tariff seperti itu berhasil, Negara pemberlaku tariff harus mempunyai kekuatan
monopoli atau monopoli yang cukup. Ketiga, kebijaksaan tariff seperti itu hanya
efektif bila ‘foreign-0ffer curve’ tidak elastic.
2.
Argument
rasio tabungan
Salah satu sumber utama
pembentukan modal adalah kenaikan dalam
laju investasi melalui pengalakan tabungan domestic. Tabungan domestic dapat di
tingkatkan dengan membatasi impor barang konsumsi melalui pengawasan langsung
atau bea masuk.Keterbatasan. Pertama,
jika pembatasan impor tidak menurunkan belanja barang konsumsi, tetapi hanya
mengeser pengeluaran dari barang impor kepada barang konsumsi domestic,
permintaan pada barang yang disebutkan terakhir ini akan meningkat dibandingkan
dengan penawarannya dan akan menimbulkan tekanan inflasi dibidang harga dan
biaya. Kedua, peningkatan konsumsi didalam negeri akan juga terjadi atas beban
investasi dalam negeri karena konsumsi yang bertambah menyeret factor-faktor
domestic menjauh dari pembentukan modal dan pemeliharaan modal.
Ketiga,
jika pembatasan impor barang konsumsi mewah tidak di barengi dengan pembatasan
yang sama terhadap produksi domestic barang yang sama, tabungan domestic akan
terhisap kedalam saluran-saluran yang tidak perlu.keempat, jika pembatasan
impor di laksanakan untuk melindugi industry pesaing impor domestic ia mungkin
menarik sumber-sumber daya menjauh dari industry-indutri ekspor. Kelima,
kebijaksanaan pembatasan impor yang menimbulkan kenaikan pada biaya dan harga
domestic dapat menimbulkan pengaruh yang tidak sehat terhadap ekspor.
3.
Argument
investasi asing
Pasar domestic yang luas
merupakan daya tarik yang kuat bagi masuknya modal asing. Sebagai mana
dinyatakan dengan jelas oleh nurkse dalam hal ini: “[proteksi tariff, jika ia
memang dapat membantu, hanya dapat membantu si kuat , tetapi tidak si lemah.
4.
Argument
“industry muda” listian yang terkenal itu, yang memihak proteksi, memberikan
cukup dorongan bagi Negara terbelakang dalam mempercepat langkah
industrialisasi mereka.Keterbatasan. Argument tersebut memiliki keterbatasan:
pertama, menurut nurkse, proteksi industry muda itu sendiri merupakan instrument
peningkatan pembangunan ekonomi yang tidak efektif karena proteksi mengabaikan
masalah penawaran modal. Kedua, proteksi industry muda seharusnya baru di
lakukan setelah industry yang bersangkutan betul-betul sudah dewasa. Ketiga
proteksi tariff tidak dapat menciptakan atau meningkatkan penawaran modal yang
di perlukan oleh indutri muda tersebut. Keempat, menyangsingkan apakah tekanan
pada substitusi impor akan cukup menghasilkan suatu pertumbuhan ekonomi yang
berimbang. Kelima, karena indutri muda itu telah didirikan maka agar
kebijaksanaan proteksi tersebut berhasil harus di penuhi beberapa persyaratan.
Keenam, sulit untuk memutuskan jumlah dan jangka waktu proteksi yang akan di
berikan kepada industry muda tersebut. Ketujuh, mengasumsikan bahwa persyaratan
tersebut telah terpenuhi penentuan mengenai industry mana yang harus di anggap
masih bayi pun tidak begitu mudah karena sulitnya meramal perubahan-perubahan
pada biaya dan perluasan ekonomi eksternal di masa depan.
5.
Argument
ekonomi eksternal. Pendirian dan perkembangan setiap industry yang baru
menghasilkan keuntungan dalam bentuk ekonomi eksternal. Ekonomi eksternal
secara umum di golongkan sebagai ekonomi eksternal, “teknologi” dan “moneter”.
Keterbatasannya. argument ekonomi
eksternal mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut : pertama, jika biaya produksi perusahaan pada
industry lain turun sebagai akibat perluasan kapasitas industry yang di
produksi, di karenakan oleh munculnya ekonomi eksternal teknologi atau moneter,
pada situasi ini” daya untung pribadi “,mengalahkan” daya tarik social”. Kedua,
Myrdal berpendapat bahwa ekonomi eksternal yang lebih besar dapat di capai pada
bidang ekspor sebagai mana juga pada bidang industry pesaing impor. Ketiga,
pada kenyataannya , orang harus menghitung ekonomi eksternal netto, yaitu
ekonomi eksternal dikurangi disekonomi, yang mwngalir ketangan warga Negara
saja dan tidak menghitung 1. Ekonomi eksternal moneter yang mengalir ketangan
pembeli asing akibat perluasan industry ekspor dan 2. Disekonomi yang di
tanggung pesaing asing akibat perluasan industry pesaing impor.
6.
Argument
redistribusi factor
Pada suatu Negara
terbelakang kesenjangan harga dan biaya antara pertanian dan industry begitu
lebar sehingga menghambat pembangunan industryKeterbatasan. Argument ini juga
tidak terlepas dari berbagai keterbatasa. Pertama, aragumen ini tidak jalan jika di terapkan pada masalah
pengangguran terselubung di Negara terbelakang. Kedua, kita telah
memperbincangkan berbagai aspek mengenai masalah pengangguran terselubung.
Ketiga, betapapun argument keunggulan industry tidak dapat di pertahankan dlam
konteks pertumbuhan ekonomi
7.
Argument
neraca pembayaran.,Salah satu tujuan penting kebijaksanaan perdagangan suatu
Negara terbelakang adalah mencegah ketidak seimbangan neraca pembayaran.
Langkah-langkah
untuk mengatasi kesulitan neraca pembayaran
1.
Peningkatan
ekspor.,Peningkatan ekspor sangat di perlukan untuk mengatasi ketidakseimbangan
neraca pembayaran.
2.
Substitusi
impor.,Strateginya adalah mengurangi impor barang konsumsi dan memproduksinya
sendiri di dalam negeri.
Dalih substitusi impor
Dalih
substitusi impor didasarkan pada alas an bahwa ssecara historis perdagangan
berjalan sebagai suatu mekanisme ketimpangan internasional yang tidak
menguntungkan Negara terbelakang.
Salah
satu argument penting dari kebijaksanaan substitusi impor adalah bahwa ia
menghindari ketidak tentuan dan resiko yang terkandung dalam usaha mencari
pasar bagi industry substitusi impor, karena mana kala impor di hentikan, pasar
untuk industry-indutri baru sudah ada dan terjamin
Argument
lain untuk mendukung industrialisasi substitusi impor adalah dari sudut
kesejahteraan ekonomi Negara terbelakang dalam jangka panjang. Akhirnya, tujuan
akhir indutrialisasi melalui substitusi impor ada dua segi: (i) untuk mencapai
suasembada produksi barang konsumsi sudah jadi, barang setengah jadi dan
mesin-mesin. (ii) mengekspor barang-barang tersebut kenegara sedang berkembang
dan Negara maju
Alas
an menentang substitusi impor
Tujuan
pokok kebijaksanaan substitusi impor yang di arahkan pada penghematan devisa
ternyata telah gagal. Industry yang telah didirikan bukanlah indutri yang mun
gkin menghemat devisa. Argument bahwa industrialisasi substitusi impor adalah
perlu untuk ,memenuhi permintaan domestic akan barang-barang industry
dengancara menghentikan impor berarti mengabaikan kebutuhan akan impor yang
lebih besar.
Promosi
ekspor VS substitusi impor
Kedua
kebijaksanaan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu, mengatasi kesulitan neraca
pembayaran. Untuk tujuan pembahasan marilah kita bagi Negara sedang berkembang
menjadi dua bagian: (i) Negara yang tidak mengalami tekanan penduduk yang
gawat. (ii) Negara yang berpenduduk padat.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Dari makalah ini
dapat disimpulkan bahwa Ciri-ciri
Negara Sedang berkembang : Kemiskinan umum, Pertanian mata pencarian utama ,Ekonomi
Dualistis, Sumber alam kurang terolah.,Pengangguran dan pengangguran
tersembunyi,Keterbelakangan ekonomi, Ketiadaan inisiatif dan usaha, Kelangkaan
alat modal, Keterbelakangan teknologi,Orientasi perdagangan luar negeri.
Saran
Kami sebagai penulis mengucapkan
terimakasih kapada para pembaca makalah ini yang telah berkanan membaca makalah ini,
Mungkin makalah ini masih jauh dari sempurna karena masih banyak di temukan
banyak kesalahan di sana sini. Untuk itu kami sebagai penulis mengucapkan maaf
yang sebesar besar nya dan juga kami memohon keritik serta sarannya yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Jhingan, M.L.2007. Ekonomi
Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Rajawali Press.
0 komentar