Agar aktivitas yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara
komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.
Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka
dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran,
yaitu :
1. Hal apapun yang dipelajari murid,
maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan
kegiatan belajar tersebut untuknya.
2. Setiap murid belajar menurut
tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi
dalam kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih
banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
4. Penguasaan secara penuh dari
setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih
berarti.
5. Apabila murid diberikan tanggung
jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan
ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada
hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa
sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan.
Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya
dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran.
Prinsip-prinsip belajar
a. Prinsip belajar siswa aktif
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya
keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika
dibutuhkan. Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru
adalah bahwa pada prinsipnya anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang
dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif
bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya
keaktifan itu.
Menurut teori belajar Kognitif,
belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang
kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.
Pengetahuan bukanlah suatu barang
yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran orang yang mempunyai pengetahuan
ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru
bermaksud mentransfer konsep, ide dan pegertian kepada seorang murid,
pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh si murid lewat
pengalamannya (Glasersferld dalam Battencourt, 1989).
·
Dalam
proses konstruksi itu menurut Glasersferld, diperlukan beberapa kemampuan;
kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
·
kemampuan
membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan,
dan
·
kemampuan
untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada pengalaman yang lain.
Implikasi prinsip keaktifan atau
aktivitas bagi guru di dalam proses pembelajaran adalah:
a. Memberi kesempatan, peluang
seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam prose pembelajarannya.
b. Memberikan kesempatan melakukan
pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen.
c. Memberikan tugas individual dan
kelompok melalui kontrol guru.
d. Memberikan pujian verbal dan non
verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan.
e. Menggunakan multi metode dan
multi media di dalam pembelajaran.
b. Prinsip
Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi
adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah
kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin
tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini
seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk
semua anak.
Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita
perhatikan.
1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat
diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi
tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan
yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara
kesungguhannya dalam belajar.
3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi
para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa
berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena
keinginan untuk mencapai seauatu.
4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti
rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau
kurang juga bisa menghadapi masalah.
5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan
cenderung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau
menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa
diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan
untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia
berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam
situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat
hadiah dan bukan karena ingin belajar.
9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi
motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat
mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh
kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat
pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.
Hamalik
(2001), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam
pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut
kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam bebagai bentuk kegiatan.
Motivasi
terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu
yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya.
Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya
dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasilah anak didik dapat tergerak
hatinya untuk belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah, 2006:148).
Motivasi
dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli yang lain menyebutnya
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi intrinsik
adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu aktivitas.
Motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar diri individu.
Motivasi eksternal melalui proses belajar dan interaksi individu dengan
lingkungannya dapat berubah menjadi motivasi internal. Proses perubahan dari
motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik pada seseorang disebut
“transformasi motif” (Dimyati dan Mudjiono, 1994:41).
Penerapan
prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung
dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan
dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut :
a. Setiap individu tidak hanya
didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan emosional, akan tetapi
individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia
miliki saat ini.
b. Pengetahuan tentang kemajuan yang
dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
c. Motivasi dipengaruhi oleh
unsr-unsur kepribadian.
d. Rasa aman dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
e. Motivasi bertambah bila para
pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya
dapat dipenuhi.
f. Kajian dan penguatan guru, orang
tua dan teman seusia berpengaruh terdapat motivasi dan perilaku.
g. Insentif dan hadiah material
kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak
bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar.
h. Kompetisi dan insentif dalam
waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
i. Sikap yang baik untuk belajar
dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
j. Proses belajar dan kegiatan yang
dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.
c.
Prinsip
Perbedaan Individual
Hasil sejumlah riset menunjukkan
bahwa keberagaman faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar,
pengetahuan serta memberikan dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang
memberikan dampak sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus
siswa-siswa pelajari (Killen, 1998:5).
Dalam pandangan DePorter &
Hernacki (2001:117) terdapat tiga karakteristik atau modalitas belajar siswa
yang perlu diketahui oleh setiap pendidik dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. Orang-orang yang visual,
yang sering kali ditandai suka mencoret-coret ketika berbicara di telpon,
berbicara dengan tepat, lebih suka melihat peta daripada mendengar penjelasan.
b. Orang-orang yang auditorial,
yang sering ditandai suka berbicara sendiri, lebih suka mendengarkan ceramah
atau seminar daripada membaca buku, lebih suka berbicara daripada menulis.
c. Orang-orang yang kinestetik,
yang sering ditandai berpikir lebih baik ketika bergerak atau berjalan, banyak
menggerakkan anggota tubuh ketika berbicara, sulit untuk duduk dan diam.
Peserta didik adalah individual yang
memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan tidak satupun yang memiliki
ciri-ciri persis sama meskipun mereka itu kembar. Setiap individu pasti
memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan
individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami.
Pembelajaran yang bersifat klasikan
yang mengabaikan perbedaan-perbedaan individual dapat diperbaiki dengan
beberapa cara. Cara-cra yang dapat ditempuh oleh guru antara lain penggunaan
metode atau pendekatan secara bervariasi sehingga semakin besar memberikan
peluang tumbuhnya perhatian siswa di dalam latar belakang perbedaan individual.
Upaya lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menambah waktu belajar bagi
siswa-siswa yang memiliki kemampuan rendah, atau memberikan pengayaan bagi
siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih dari yang lain.
Implikasi atau penerapan
prinsip-prinsip perbedaan individual dalam proses pembelajaran, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan guru sebagai berikut:
1) Para siswa harus dapat dibantu
untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan untuk selanjutnya mendapat
perlakuan dan layanan kegiatan belajar yang mereka butuhklan.
2) Para siswa harus terus didorong
memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu merencanakan dan
melaksanakan kegiatan.
3) Peserta didik membutuhkan variasi
layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat, tujuan, dan latar
belakang mereka. Hal ini terutama disebabkan para pesrta didik cenderung
memilih kegiatan belajar yang sesuai dengan pengalaman masa lampau yang mereka
rasakan bermakna untuk dirinya.
4) Para siswa harus dapat dibantu
untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan kebutuhan belajar
maupun bimbingan yang berbeda dengan siswa-siswa yang lain.
5) Kesempatan-kesempatan yang
tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat bilamana para siswa tidak merasa
terancam oleh proses yang ia ikuti serta lingkungannya sehingga mereka memiliki
keleluasan untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan belajar.
6) Para siswa yang telah memahami
kekuatan dirinya akan lebih cenderung memiliki dorongan dan minat untuk belajar
secara lebih sungguh-sungguh.
d. Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Proses
belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness
ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal
itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar
akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil
belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:
1. Seorang individu akan dapat belajar dengan
sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya
dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal
ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan
muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.
3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk
sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat
dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan
kesiapan siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf
kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin
amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya
divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor
dari berbagai individu.
e. Prinsip
Persepsi
“ Seseorang cenderung untuk percaya
sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi
tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya
sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku
individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia
peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan dengan
persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:
1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang
lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa
tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan,
sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh
terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak
sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..
4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi
kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku
yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu
situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.
5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar
pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat .
6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi
kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan
mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
f.
Prinsip Tujuan
“ Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar
pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak
dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus
dicapai.
2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan
kebutuhan individu dan masyarakat
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan
dapat memenuhi kebutuhannya.
4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh
masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi
tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya
dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasa
rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan
yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan
dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
g. Prinsip Transfer dan
Retensi
“Belajar dianggap
bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam
situasi baru”.
Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya
akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer,
kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam
situasi baru.
Berkenaan dengan
proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.
- Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
- Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
- Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
- Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.
- Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.
- Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
- Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan.
- Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.
- Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.
- Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.
- Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
h. Prinsip
Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau
penemuan”.
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang
selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan
berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar
kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan
menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar
kognitif
yaitu:
1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan
yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini
pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar proses belajar kognitif
benar-benar terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan
taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan
membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap proses belajar
kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam
satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah
penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan penilaian sangat
diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar bermakna.
6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk
mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi yang sesuai,
menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir menyebar
(divergent thinking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada
terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan terjadimya proses
pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran.
i. Prinsip Belajar Afektif
“ Proses belajar
afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan
pengalaman baru”.
Belajar afektif
mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar
mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif
meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan,
minat dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif.
- Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.
- Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
- Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
- Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung.
- Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
- Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
- Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah.
- Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.
- Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
j. Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar
psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas
ragawinya.
Belajar psikomotor
mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan.
- Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
- Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
- Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
- Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
- Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
- Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor individu.
- Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.
- Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.
- Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
K. Prinsip Evaluasi
Jenis cakupan dan
validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.
Pelaksanaan latihan
evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian
tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh
kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai
penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang
berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya
dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai
pengalamannya.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
- Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
- Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
- Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
- Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
- Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
- Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
- Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
0 komentar