Oleh
Nova
Suntia Yusni
MASALAH MASALAH BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
murid-murid yang pandai atau cerdas.
Jenis-jenis
masalah belajar Di Sekolah dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang
mengalami.






Menurut
Modul Diagnostik Kesulitan Belajar Dan Pengajaran Remedial, beberapa ciri-ciri
tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar
antara lain :
§
Menunjukan hasil belajar yang rendah
di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi
yang dimilikinya.
§
Hasil yang dicapai tidak seimbang
dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu berusaha untuk
belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah
§
Lambat dalam melakukan tugas-tugas
kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
§
Menunjukkan sikap yang kurang wajar,
seperti acuh tak acuh, menentang,berpura-pura, dusta dan sebagainya.
§
Menunjukkan tingkah laku yang
berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, menganggu dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak
teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau
bekerja sama dan sebagainya.
§
Menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang
gembira dalam menghadapi situasi tertentu misalnya dalam menghadapi nilai
rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal, dan lain
sebagainya.
Burton (1952
: 622-624) mengidentifikasi bahwa seorang anak itu dapat dipandang atau dapat
diduga sebagai mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan
kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan
belajarnya.
Kegagalan belajar didefenisikan oleh Burton sebagai berikut :
1)
Anak dikatakan gagal, apabila dalam
batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level) minimal dalam pelajaran
tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion
referenced). Dalam kontek sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus
(passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60% atau C (60%
dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal), siswa ini dapat digolongkan
kepada lower group.
2)
Anak dikatakan gagal, apabila yang
bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (
berdasarkan tingkat ukuran kemampuan : intelegensi : bakat ) ia diramalkan
(predicted) akan dapat menyerjakan atau mencapai prestasi tersebut, siswa ini
digolongkan kedalam under achievers.
3)
Anak dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan
tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosisal,
dengan pola organismik (his/organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu
seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm
referenced) siswa yang bersangkutan, dapat dikatagorikan ke dalam slow
learners.
4)
Anak dikatakan gagal, kalau yang
bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang
diperlukan sebagai persyaratan (prerequisisi) bagi kelanjutan (continuity) pada
tingkat pelajaran berikutnya, siswa ini dapat digolongkan kedalam slow learners
atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi pengulang.
Selain itu
juga menurut Prayitno (1997) ada masalah-masalah belajar yang lain yang dialami
anak-anak yaitu:
§
Tugas-tugas pelajaran tidak dapat
dikerjakan dengan baik karena materi pelajaran yang menunjang
penyelesaian tugas itu tidak dikuasai.
§
Tidak mengulang kembali materi yang
diberikan oleh guru pada pelajaran sebelumnya sebagai persiapan untuk
menghadapi pelajaran berikutnya.
§
Apabila terpaksa tidak dapat
mengikuti pelajaran, tidak berupaya mengejar ketinggalan agar materi pelajaran
berikutnya dapat diikuti dengan baik.
§
Tidak dapat mengkaitkan atau melihat
urutan yang teratur dan saling menunjang antara materi pelajaran terdahulu
dengan materi pelajaran berikut-nya.
§
Tidak berusaha menguasai materi
pelajaran terdahulu sebagai persiapan untuk menghadapi materi berikutnya.
§
Mengalami kesulitan dalam belajar
karena materi pelajaran tidak berurutan, sehingga materi pelajaran terdahulu
tidak menunjang untuk mempelajari materi pelajaran berikut.
§
Tidak dapat memahami materi
pelajaran secara lengkap dan menyeluruh. Mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas pelajaran karena tidak mengerti perintah/petujuk mengerjakan
tugas tersebut.
§
Tidak menpelajari kembali materi
pelajaran terdahulu untuk menunjang penguasaan materi pelajaran berikutnya.
§
Dalam belajar untuk mempersiapkan
ulangan/ujian, materi pelajaran tidak disusun sedemikian rupa sehingga materi
yang terdahulu tidak membantu menguasai materi berikutnya.
§
Kesulitan membaca buku pelajaran
karena materi tidak berurutan
§
Terhalang untuk mengikuti pelajaran
dan /atau kegiatan sekolah tertentu karena tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan dasar untuk menguasai materi pelajaran/kegiatan tersebut.
§
Ketidakmampuan siswa dalam menjawab
soal-soal ulangan/ujian disebabkan karena kurangnya pengetahuan dasar yang
menunjang terhadap jawaban soal-soal ulangan/ujian tersebut.
§
Mengalami kesulitan memahami bahan
pelajaran baru karena bahan-bahan terdahulu tidak atau kurang dikuasai.
§
Siswa kesulitan memahami kesulitan
pelajaran karena tidak memahami konsep-konsep dasar, ungkapan-ungkapan dan
/atau istilah-istilah yang harus dikuasai terlebih dahulu.
B.
Faktor
faktor penyebab timbulnya masalah pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilalui atau dijalani murid-murid
disekolah maupun diluar sekolah terdapat berbagai kesulitan yang dapat
ber-sumber dari dirinya sendiri, pelajaran yang diterima, guru-guru,
teman-teman, kelurga dan sebagainya.
·
Masalah-Masalah Internal Belajar
Dalam interaksi belajar mengajar siswa
merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang
dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan
belajar.
Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Terdapat beberapa faktor intern yang dialamai dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar. Faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a.
Gangguan fisik
Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ
perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
b.
Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang
membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu
memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama
melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari
pembelajaran tersebut.
c.
Motivasi Belajar
Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam
menumbuhkan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski
memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup
oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat
ini harus dipelihara secara terus menerus.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
d.
Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun
proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai
strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan
istirahat.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang
setelah tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru
melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar
kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa
rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan
prestasi belajar dapat ditingkatkan.
e.
Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan
cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar
merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai
kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan
pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar.
Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang
disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan.
Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang
diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara
menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang
disampaikan oleh guru.
f.
Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi
pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung
dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses
belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses
penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang
panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak
membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang
telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi
tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali
materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan
dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang
akan semakin kuat.
g.
Menggali Hasil Belajar Yang
Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan
pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan
dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal
pesan lama maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman
lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan
dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber
pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat
dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak
memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa
apa. Jikasiswa tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki
ketrampilan.
h.
Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu
proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama
ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas
belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah
diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik.
Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan,
pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk
pembangkitan pesan dan pengalaman.
i.
Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya
pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi
merupakan tahap pembuktian perwujudan diriyang diakui oleh guru dan rekan
sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik
maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi
maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
j.
Intelegensi Dan Keberhasilan
Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan
untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan
lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa
memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh
intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya
tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja
itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan
belajar dibidang kterampilan.
k.
Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam
berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk
tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur,
menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang
terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan
buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota
kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian
siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
l.
Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki
cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar
bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi
menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan
kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
·
Faktor-Faktor Ekstern Belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsic siswa. Disamping itu
proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong
oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila
program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa
pendidikan guru di sekolah merupakan factor eksternal belajar. Ditinjau dari
segi siswa, maka ditemukan beberapa factor eksternal yang berpengaruh pada
aktifias belajar. Faktor-fsktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut
a.
Lingkungan sekolah, antara lain:
·
Sifat kurikulum yang kurang
fleksibel
·
Terlalu berat beban belajar
(siswa) dan untuk mengajar (guru)
·
Metode mengajar yang kurang
memadai dan tidak menarik
·
Hubungan guru dengan guru, guru
dengan siswa, serta siswa dengan
siswa yang kurang harmonis
siswa yang kurang harmonis
·
Kurangnya alat dan sumber untuk
kegiatan belajar.
b.
Lingkungan keluarga (rumah),
antara lain:
·
Keluarga tidak utuh atau kurang
harmonis misal orang tua sering bertengkar didepan anak, orang tua sering marah
pada anak, orang tua otoriter, peraturan dalam keluarga kaku, orang tua keras
dan sebagainya. Hal ini semua dapat mengangu anak belajar, sebagai akibatnya
mungkin anak mungkin anak tidak bisa berkonsentrasi belajar, anak sering
melamun waktu belajar atau anak mencari perhatian guru dengan menganggu teman
dan sebagainya
·
Tuntutan orang tua yaitu bila
tuntutan orang tua itu tidak sesuai dengan kemampuan anak. Misalnya orang tua
menuntut anaknya supaya juara dikelasnya, sedangkan anak sendiri tidak mampu
atau ada orang tua menuntut agar nilai matematika, IPA harus tinggi, sedangkan
anak tidak mampu atau anak tidak punya minat atau bakat untuk bidang studi itu.
·
Sikap orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya
·
Keadaan ekonomi.
·
Siswa tulang punggung keluarga
c.
Lingkungan masyarakat, antara
lain:
·
Media cetak seperti komik,
buku-buku pornografi
·
Media elektronik seperti TV, VCD,
Playstation, dsb
·
Media cetak seperti komik,
buku-buku pornografi, dan sebagainya
C.
Cara
pengungkapan masalah belajar
Menurut
Prayitno (1995:90-94) siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali
melalui prosedur pengungkapan melalui :
1) Tes
kemampuan dasar
Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi
tertentu. Tingkat kemampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan
mengadministra-sikan tes intelegensi yang sudah baku.
2)
Melalui Pengisian AUM PTSDL
Siswa
mengisi alat ungkap masalah yang berkenan dengan masalah belajar. Alat ini
dapat mengungkapkan prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana
belajar, diri pribadi dan lingkungan belajar.
3) Tes
Diagnostik
Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan
adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran
tertentu, misalnya untuk bidang studi matematika, apakah dijumpai
kesalahan-kesalahan dalam operasi matematika atau dalam pemakaian rumus.Dengan
tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
siswa dalam bidang studi tertentu.
4) Analisis
Hasil Belajar
Tujuan analisis hasil belajar sama dengan tujuan tes
diagnostik, yaitu untuk mengungkapkan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh
siswa dalam mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Analisis hasil belajar
prosedur dan pelaksanaannya di-lakukan dengan jalan memeriksa secara langsung
materi hasil belajar yang ditampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk
grafik atau gambar, bentuk tiga dimensi berupa model, maket, dan bentuk tiga
dimensi hasil kerajinan dan keterampilan tangan, gerak gerik suara, bentuk
hasil belajar lainnya dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video.
Di samping
pengungkapan masalah belajar tersebut di atas, dapat juga dilakukan melalui
pengamatan langsung dan mengunakan tes bakat dan minat terhadap siswa
5)
langkah-langkah atau prosedur dan
teknik pengunaan masalah (diagnosa kesulitan belajar)
a.
Identifikasi siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Cara yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang
diperkirakan mengalami kesulitan belajar ialah dengan menandai siswa dalam satu
kelas yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar dalam satu bidang studi
b.
Melokalisasi letaknya kesulitan (
permasalahan), setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar, maka selanjutnya yang ditelaah adalah :
§
Dalam bidang studi manakah kesulitan
itu terjadi ? ,
§
Pada kawasan tujuan ( aspek prilaku
) yang manakah kesulitan itu terjadi ?,
§
Pada bagian (ruang lingkup bahan)
yang manakah kesulitan itu terjadi ?,
§
Dalam segi proses belajar manakah
kesulitan itu terjadi?.
c.
Lokalisasi jenis faktor sifat yang
menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan. Pada garis besarnya sebab
kesulitan timbul oleh dua hal yaitu :
1.
Faktor internal yaitu faktor yang
berada dan terletak pada diri murid itu sendiri, antara lain disebabkan :
·
Kelemahan mental, faktor kecerdasan,
intelegensi, atau kecakapan/bakat khusus tertentu dapat diketahui melalui tes
tertentu.
·
Kelemahan fisik, pancaindera,
syaraf, kecacatan, karena sakit dan sebagainya.
·
Gangguan yang bersifak emosional.
·
Sikap dan kebiasaan yang salah dalam
mempelajari bahan pelajaran –pelajaran tertentu.
·
Belum memiliki pengetahuan dan
kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memenuhi bahan lebih lanjut.
2.
Faktor eksternal yaitu faktor yang
datang dari luar yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar, faktor ini
meliputi :
·
Situasi atau proses belajar mengajar
yang tidak merangsang murid untuk aktif antisitatif.
·
Sifat kurikulum yang kurang
fleksibel
·
Ketidak seragaman pola dan dan
standard administrasi
·
Beban studi terlalu berat
·
Metoda mengajar yang kurang memadai
·
Sering pindah sekolah
·
Kurangnya alat dan sumber belajar
·
Situasi rumah kurang mendukung untuk
aktifitas belajar
d.
Perkiraan kemungkinan bantuan
Kalau sudah ditelaah letak
kesulitan, jenis dan sifat kesulitan dengan latar belakang, faktor-faktor yang
menyebabkan, maka akan dapat memperkirakan :
ü
Apakah siswa tersebut mungkin dapat
dibantu untuk mengatasi kesulitan atau tidak
ü
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk membantu mengatasi kesulitan siswa tersebut
ü
Kapan dan dimana pertolongan itu
diberikan
ü
Siapa yang dapat memberikan
pertolongan
ü
Bagaimana cara memberikan pertolongan
secara efektif
ü
Siapa sajakah yang harus dilibatkan
dalam memberikan pertolongan itu
e.
Penetapan kemungkinan cara
mengatasinya.
Langkah kelima ini adalah langkah
menyusun satu rencana atau beberapa alternatif rencana untuk mengatasi
kesulitan yang dialami siswa tertentu, rencana hen-daknya berisi cara-cara yang
harus ditempuh untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tersebut menjaga
agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.
f.
Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat berupa :
§Melaksanakan
bantuan berupa pemberian pengajaran perbaikan pada bidang studi yang mengalami
kesulitan
§Membagi
tugas dan peranan pada orang-orang tertentu : guru bidang studi, guru
pembimbing.
§Senantiasa
mencek kemajuan siswa yang diberi bantuan
§Mereveral siswa
yang menurut perkiraan tidak bisa dibantu oleh guru studi atau guru pembimbing.
D.
Upaya
pengentasan masalah belajar
Murid yang mengalami masalah belajar
perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa
yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan menurut Prayitno ( 1994 ; 94-99) sebagai berikut :
1.
Pengajaran perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu
bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang
menghadapi masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki
kesalah-kelasalahan dalam proses dan hasil belajar siswa. Bentuk kesalahan yang
paling pokok berupa salah pengertian, salah pemahaman, salah menafsirkan dan
tidak menguasai konsep-konsep dasar. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu
maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
2.
Kegiatan pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu
bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang
sangat cepat dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar mempunyai sisa waktu
yang berlebih dalam belajar, untuk itu mereka memerlukan tugas-tugas tambahan
yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.
3.
Peningkatan motivasi belajar
Di sekolah sebagian siswa mungkin,
telah memiliki motif yang kuat, untuk belajar, tetapi sebagian lain mungkin
belum. Disisi lain, mungkin juga ada siswa yang semula motifnya amat kuat,
tetapi menjadi pudar. Tingkah laku seperti kurang bersemangat, jera, malas,
bosan dan sebagainya dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motif (motivasi)
dalam belajar.
Guru bidang studi, guru pembimbing
dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi
siswa dalam belajar.
Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan menurut
Prayitno (1994) adalah :
a.
Memperjelas tujuan-tujuan belajar,
siswa akan didorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui
tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak dicapai
b.
Menyesuaikan pengajaran dengan
bakat, kemampuan dan minat siswa
c.
Menciptakan suasana pembelajaran
yang menantang, merangsang dan menyenangkan
d.
Memberikan hadiah ( penguatan dan
hukuman bila perlu)
e.
Menciptakan suasana hubungan yang
hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.
f.
Menghindari tekanan-tekanan dan
suasana yang tidak menentu ( seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan,
membingungkan, menjengkelkan)
g.
Melengkapi sumber dan peralatan
mengajar.
4.
Pengembangan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan
sikap dan kebiasaan yang belajar yang efektif. Tetapi masih ada siswa yang yang
mengamalkan sikap dan kebiasaan belajar yang tidak diharapkan dan tidak
efektif. Bila siswa tidak memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik maka
dikhwatirkan siswa tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang baik.
Prestasi belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan kerja keras.
5.
Layanan konseling individual
Konseling dimaksud sebagai pelayanan
khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam
hubungan tata muka ini klien dapat menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan
pada konselor dan masalah itu bisa dicermati dan diupayakan pengentasannya
melalui pembahasan dengan konselor.
0 komentar