KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul:
“KENDURI SKO”
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk
itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan
makalah ini.
Sungai penuh 27 mei 2012
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL …………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………….
ii
DAFTAR
ISI ……………………………………. iii
BAB I
PENDAHULUAN …………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN
………………………….
a.
KENDURI SKO ………………………….
b. WAKTU YANG
BAIK UNTUK PELAKSANAAN
KENDURI SKO…………….
c. PERLENGKAPAN UPACARA
KENDURI SKO ………………….
- PERSONAL YANG TERLIBAT ………………………….
- PENOBATAN PARA PEMANGKU ADAT........................................
BAB III
KESIMPULAN …………………………….
DAFTAR
PUSTAKA
………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu bangsa yang terdiri dari beribu-ribu suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan telah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu . Jaspan (dalam Soekanto 2001 :21) mengklasifikasikan suku bangsa Indonesia dengan mengambil patokan kriteria bahasa, kebudayaan daerah serta susunan masyarakat, dengan rincian yaitu
(1) Sumatera, 49 suku bangsa;
(2) Jawa, 7 suku bangsa;
(3) Kalimantan, 73 suku bangsa;
(4) Sulawesi, 117 suku bangsa;
(5) Nusa Ternggara, 30 suku bangsa;
(6) Maluku - Ambon, 41 suku bangsa;
(7) Irian Jaya, 49 suku
bangsa.
Selama ratusan bahkan ribuan tahun
itu pula mereka telah menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan tradisi. Masing-masing suku bangsa tersebut memiliki tradisi yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya.
Hal inilah yang menyatakan
bahwa Indonesia merupakan negara yang majemuk akan kebudayaan,
baik itu dalam
bentuk bahasa sehari-hari maupun tradisi-tradisi
lainnya. Bentuk – bentuk tradisi yang dilakukan oleh berbagai suku bangsa antara
lain perkawinan, pesta adat, kematian, dan lain sebagainya.
Masing- masing bentuk upacara tersebut dilakukan dengan cara
– cara tertentu yang menjadi ciri khas
dari masing – masing suku bangsa tersebut.
Ciri khas tersebut di satu
pihak ada yang
masih dipertahankan oleh masyarakat dan tidak
mengalami perubahan sama sekali, dilain pihak ada
yang mengalami perubahan atau malah
hilang sama sekali
sebagai suatu tradisi
yang menjadi bagian dari masyarakat.
Salah satu tradisi yang masih
dipertahankan dalam berbagai
suku bangsa adalah
tradisi pelaksanaan pesta adat
siap panen. Hampir setiap daerah
masih melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton
di Nusa Tenggara Timur, upacara
adat aruh mahannyari pada suku dayak,
upacara penolak bala sebagai
rasa syukur setelah berhasil panen di Sulawesi Selatan dan lain sebagainya.
Tradisi – tradisi ini di maksud untuk mensyukuri
hasil panen yang
telah didapat oleh masyarakat, sekaligus memohon berkah agar
mereka mendapat hasil yang
lebih baik di
musim panen mendatang.
Begitu juga halnya
yang terjadi pada masyarakat yang ada
di Propinsi Jambi, yakni
di Kabupaten Kerinci. Mereka dikenal sebagai orang Melayu
Tua (Zakaria, 1985 :15). Orang Melayu
Tua tersebut masih mengenal
bentuk – bentuk upacara atau pesta adat siap panen yang
lebih dikenal dengan istilah
kenduri sko. Kenduri
sko merupakan upacara adat yang
terbesar di daerah
Kerinci dan termasuk
kedalam upacara adat Titian Teras Bertangga Batu. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Daud (1991 : 32) bahwa upacara adat di
Kerinci dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
yang disebut dengan:
- Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu.
- Upacara Adat Cupak Gantang Kerja Kerapat.
- Upacara Adat Tumbuh - tumbuh Roman - roman.
Upacara Adat Titian Teras
Bertangga Batu memiliki pengertian suatu upacara adat yang
berkesinambungan dari generasi ke generasi
yang meliputi upacara kenduri sko, perkawinan, kelahiran, kerat pusat, dan upacara kematian. Upacara Adat Cupak
Gantang Kerja Kerapat
memiliki pengertian suatu upacara adat yang terkait dengan sistem mata
pencaharian hidup dan
sosial kemasyarakatan
yang dilaksanakan secara bergotong
royong. Upacara ini meliputi
kegiatan mendirikan rumah baru
mencangkup kerja sama menarik
ramuan kayu di
hutan, merendam ramuan kayu, betegak
rumah, gotong royong menuai padi, tolak
bala, dan upacara
yang berhubungan dengan spritual
seperti upacara tolak bala dan
upacara minta ahi hujan. Upacara
Adat Tumbuh - tumbuh Roman – roman memiliki pengertian suatu upacara
adat yang dilaksanakan
pada waktu tertentu sesuai dengan
pokok persoalan yang timbul
pada bentuk tertentu
pula dan bersifat
khusus. Upacara ini meliputi
upacara asyeik negeri, mengangkat anak angkat, pelanggaran terhadap hukum adat,
melepas nazar, dan upacara
silang sengketa.
Lebih lanjut dijelaskan
Daud bahwa upacara
- upacara adat yang dilaksanakan
oleh penduduk Kerinci selain menjadi
warisan budaya nenek
moyang juga mempuyai
fungsi antara lain :
- Memperkokoh persatuan dan kesatuan kekerabatan dan meningkatkan silaturrahmi dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
- Wadah untuk menjalin rasa kebersamaan dalam prinsip hidup bergotong - royong.
- Wujud kebanggaan bagi masyarakat Kerinci bahwa mereka memiliki tata cara adat tersendiri yang tidak kalah dengan adat lainnya.
- Forum komunikasi antara generasi tua dengan generasi muda dalam menyampaikan pesan untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
- Sarana pembinaan nilai – nilai tradisional yang tak lapuk kena hujan tak lekang kena panas.
Sebagaimana tradisi – tradisi dalam upacara adat di
setiap masyarakat, upacara kenduri sko di Kerinci memiliki arti penting
bagi masyarakat setempat. Upacara kenduri sko merupakan
upacara puncak kebudayaan
masyarakat Kerinci. Dengan kata
lain dapat diartikan
sebagai suatu perhelatan
tradisional masyarakat Kerinci dengan maksud dan tujuan
tertentu. Upacara kenduri sko hanya dilakukan pada desa
pesekutuan adat atau
masyarakat adat dari
dusun asal desa - desa yang memiliki
sejarah tetua adat
depati ninik mamak
dan juga memiliki benda – benda pusaka. Ciri khas upacara adat tersebut
adalah penobatan seseorang putra daerah menjadi
depati atau pemimpin adat, yang
kemudian akan diberi
sumpah yang harus
dipegang teguh oleh mereka yang dipilih.
Desa - desa yang masih melaksanakan upacara ini diantaranya
adalah desa yang terletak di Kecamatan
Tanah kampung. Bagi masyarakat tanah kampung
upacara ini sangat
penting dilaksanakan sebagai rasa syukur
atas hasil panen
yang diberikan Allah SWT kepada
mereka, dan pada upacara
ini juga akan dipilih
para pemangku - pemangku adat yang
akan memimpin desa tersebut. Di kecamatan tanah kampung,
upacara ini dilaksanakan
dengan sangat meriah, selain dihadiri
oleh masyarakat setempat, juga dihadiri
oleh masyarakat desa – desa terdekat. Sebelum acara ini selesai maka masyarakat
dilarang untuk keluar desa,
dengan tujuan agar
semua elemen masyarakat setempat terlibat dalam acara tersebut.
Sebagaimana upacara - upacara adat lainnya, upacara adat kenduri
sko menarik untuk dikaji.
Kenduri sko merupakan upacara adat terbesar
yang ada di Kerinci
dan mempunyai makna tersendiri bagi masyarakat.
Di dalam upacara tersebut terdapat acara penurunan
benda - benda pusaka nenek moyang, serta pemberian
gelar adat kepada
pemangku – pemangku adat yang
baru yang akan memimpin adat desa
tersebut. Dengan demikian, upacara kenduri sko sangat
penting sekali bagi
orang Melayu Tua
yang ada di
Kabupaten Kerinci khususnya Di kecamatan
tanah kampung.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KENDURI SKO
kenduri sko adalah
suatu acara adat
yang dilaksanakan oleh masyarakat kerinci dalam melestarikan budaya yang sudah
ada sejak zaman nenek moyang mereka. kenduri pusaka dan
kenduri sko adalah suatu rangkaian acara adat
yang saling berhubungan
satu sama lain
. Sebab disaat kenduri pusaka dilaksanakan
maka kenduri sko pun
harus dilaksanakan. Kenduri pusaka dan kenduri sko dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali
. Kenduri sko secara adat
kerinci adalah suatu acara pengukuhan gelar suku atau kepala
adat. Sedangkan kenduri pusaka adalah dimana
semua pusaka yang
ada dari nenek
moyang mereka dikeluarkan dari tempat penyimpanannya
untuk disucikan atau dibersihkan oleh para
suku atau kepala
adat yang telah
dikukuhkan disaat kenduri sko dan
disaksikan oleh seluruh
masyarakat kerinci. Mengenai warisan
”sko” atau gelar pusaka
kelebu (suku) yang turun
temurun , di sandang oleh mamak
kelebu. Gelar sko mamak kelebu
merupakan titel jabatan selaku raja adat
, tetua adat atau kepala
suku. Gelar tetua adat tersebut
akan di pakai seumur
hidup ,tidak di
gilir
di ganti antara saudara –
saudara senenek. Sedang kerinci bagian hilir gelar adat di
gilir di ganti pada setiap
upacara kenduri sko.
Pusako dalam bahasa indonesia
sama dengan ‘pusaka’ yaitu, apa - apa yang diterima dari nenek moyang, berupa harta benda
dan lain -lain. Sedangkan sko berkaitan dengan pihak
ibu baik berupa gelar kaum/suku/kelebu maupun berupa
harta pusaka tinggi.
Menurut adat Kerinci pusaka terbagi menjadi empat bagian, yaitu :
1. Pusaka yang datangnya dari bapak
dinamai ”harta”.
2. Pusaka yang datangnya dari ibu dinamai ”sko”.
Sko asal dari
ibu terdiri dari
dua macam :
a. Sko tanah boleh
di - ico (diolah , digarap , dimanfaat).
b.
Sko gelar boleh dipakai ; yang mana sko gelar itu dihibahkan
oleh ibu kepada mamak (saudara laki - laki ibu), sebagai penerima mandat.
3. Pusaka yang datangnya
dari guru dinamai ”ilmu”.
4. Pusaka yang datangnya dari orang banyak
dinamai ”gawe kerapat” atau ”gotong -
royong”.
B.
WAKTU YANG BAIK UNTUK PELAKSANAAN KENDURI SKO
Upacara Kenduri Sko di daerah Kerinci biasanya di selenggarakan pada saat keadaan ekonomi masyarakat berada pada garis stabil atau pada saat sesudah panen. Hal ini dikarenakan perhelatan Kenduri Sko ini memakan biaya yang tidak sedikit.
C.
PERLENGKAPAN
UPACARA KENDURI SKO
- Tenda atau Taruk berukuran besar diatas Tanah Mendapo (tempat berlangsungnya Upacara adat Kenduri Sko).
- Umbul - umbul atau Bendera berwarna - warni di sekitar tempat upacara.
- Bendera merah putih berbentuk segitiga siku – siku berukuran besar (dalam bahasa Kerinci bendera ini disebut dengan Karamtang). Karamtang ini dipasang ditempat terbuka pada ketinggian mencapai 30 meter. Pada bagian puncaknya digantunngkan Tanduk kerbau. Bendera ini merupakan sebuah isyarat tentang adanya Kenduri Sko dan sekaligus menjadi undangan bagi masyarakat banyak untuk datang menghadiri upara yang sakral itu.
- Pakaian adat, keris, dan tongkat yang dipakai oleh para Pemangku adat.
- Pakaian adat para Dayang (dalam bahasa Kerinci disebut dengan Lita dan Kulok).
- Pedang Hulubalang untuk keperluan Pencak Silat
- Sesajian berupa beras kuning, kemenyan, dan adonan sirih nan sekapur – rokok nan sebatang.
- Gong, gendang dan rebana untuk keperluan kesenian daerah yang akan ditampilkan dalam rangkaian proses upacara.
D.
PERSONAL YANG TERLIBAT
Adapun personal yang terlibat dalam prosesi upacara adat Kenduri Sko ini adalah, sebagai berikut :
1.Seluruh Pemangku Adat (Depati
– Ninik Mamak)
2.Para calon (anak jantan) yang akan dinobatkan menjadi Depati dan Permanti yang baru.
Supaya adat tetap
dapat dilestarikan, maka calon Pemangku
adat yang akan dinobatkan harus memenuhi
kriteria, sebagai berikut :
· Menurut adat dikatakan bahwa Pemangku adat dipilih dari seseorang yang ada warisnya, berkubur berpendam, bertampang berturai, adat bersendi
alur – alur bersendi patut, patut bersendi dengan benar.
·
Menurut
pepatah Sungai Penuh
mengatakan :
a. Simba ikou (orang yang ekonominya bagus)
b. Tajeng taji ( berani karena benar, berwibawa dan berwatak pemimpin
c.Nyarain kukouk
( bijaksana, pandai menyesuaikan
diri dengan kondisi masyarakat)
3.Anak jantan dan anak
batino dalam wilayah Tanah kampung
4. Para Hulubalang
5. Para Undangan (pejabat Pemerintah setempat).
- Pakaian pemangku adat :
Pakaian yang di pakai
oleh para Depati
dan Ninik Mamak mempunyai arti dan
makna tertentu menurut adat kerinci. Cara memakainya juga berbeda antara Depati dan
Ninik Mamak , yang terletak pada ikatan
kepala dan selempang sarungnya.
Jika Depati pakai seluk
dan Ninik Mamak
pakai Lita, begitu pula kain
sarungnya jika Depati
sarung lurus dan
Ninik Mamak sarung miring. Umumnya pakaian Depati dan Ninik
Mamak berwarna hitam dengan hiasan sulaman benang warna kuning
pada dada yang bermakna :
a. Hitam melambangkan rakyat banyak
yang berarti kekuatan,
jadi Depati dan Ninik Mamak memiliki kekuatan karena rakyatnya.
b. Kuning
melambangkan kekuasaan yang berarti
berundang berlembago, jadi Depati dan Ninik
Mamak melaksanakan kekuasaan berdasar undang dan
lembago
Busana pemangku adat ini juga digunakan
oleh para pemangku adat untuk
menghadiri perhelatan pengantin.
- Rangkaian acara
Pukul 08.00 pagi pada hari yang
telah ditetapkan, semua masyarakat
berdatangan ke Tanah Mendapo. Dengan antusias mereka ingin menyaksikan rangkaian upacara Kenduri Sko. Adapun
rangkaian acaranya adalah sebagai berikut:
Pertunjukan Kesenian Daerah
1) Pencak
silat
Pencak Silat adalah seni bela diri dengan menggunakan dua mata pedang. Pencak silat ini dimainkan oleh sepasang
anak jantan yang masing
- masing memegang satu pedang. Mereka mempertontonkan keahlian bermain senjata tajam.
2) Tari Persembahan
Tari persembahan adalah tari untuk
menyerahkan sekapur sirih kepada para petinggi - petinggi daerah yang
hadir, Depati nan Bertujuh, Permanti nan Sepuluh,
Mangku nan Baduo
serta Ngabi Teh SantioBawo.
Juga menyerahkan sekapur sirih kepada calon Depati, Ngabi, Permanti
dan Mangku yang akan
dinobatkan menjadi pemangku adat yang baru.
3) Tarian asyeak
Tarian asyeak yaitu Tarian
upacara yang pada klimaksnya dapat membuat
penari kesurupan (trance)
sehingga tubuh para penari tersebut
tidak mempan oleh senjata tajam atau api, meniti
mata keris atau pedang
tanpa luka . biasanya tarian jenis ini terasa dominan mempengaruhi unsur – unsur magis, sehingga tidak bisa di
pertunjukkan di sembarang waktu.
4) Tari Massal
Tarian ini ditata sedemikian rupa khusus di pagelarkan untuk acara - acara helatan besar seperti
Festival danau Kerinci
dan juga Kenduri
Sko. Tarian ini di tata dengan konfigurasi
menggambarkan keadaan geografis Kerinci yang berbentuk kawah (landai). Gerakan yang ditarikan merupakan gerak - gerak tari tradisional Kerinci seperti tari Rangguk
dan tari Iyo
- yo.
5) Tari Rangguk
Tari Rangguk ini merupakan tarian spesifik
Kerinci yang populer. Tarian ini di tarikan oleh beberapa
gadis remaja sambil memukul
rebana kecil. Tarian ini di iringi dengan nyanyian sambil mengangguk
– anggukkan kepala seakan memberikan hormat. Tari Rangguk
di lakukan pada acara
- acara tertentu seperti menerima kedatangan Depati (tokoh
adat Kerinci), tamu dan para pembesar dari luar daerah.
6) Penurunan Pusaka
Menurunkan pusaka dari Rumah Gadang
(dalam bahasa Kerinci
Rumah Gedang disebut Umoh Deh) di bawa ke Tanah Mendapo tempat upacara
di laksanakan. Oleh para sesepuh adat, pusaka
itu lalu di buka satu persatu,
di bersihkan dan di pertontonkan kepada masyarakat
sambil menceritakan asal usul atau sejarah pusaka tersebut.
E. Penobatan para pemangku adat
1. Depati
Semua calon Depati dan Ngabi
memakai pakaian adat berwarna
hitam dan berbenang emas. Di pinggang
sebelah kanan di selipkan
sebilah keris. Untuk calon Permanti dan Mangku
juga memakai pakaian adat dan
sebuah tongkat yang terbuat
dari kayu pacat. Calon
Depati baru di panggil naik ke
pentas secara bergantian
lima orang. Sampai
di
atas pentas di sebutkan
namanya satu persatu
seraya menjatuhkan Gelar Sko yang
akan di jabatnya.
2. Ninik Mamak
Calon Permanti baru di panggil naik ke
pentas secara bergantian lima orang.
Sampai di atas
pentas di sebutkan namanya satu persatu
seraya menjatuhkan Gelar Sko yang
akan di jabatnya.
3. Tengganai
Semua calon Depati dan Ngabi memakai pakaian adat berwarna hitam dan berbenang emas. Dipinggang sebelah kanan diselipkan sebilah keris. Untuk calon Permanti dan Mangku juga memakai pakaian adat dan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu pacat.
Semua calon Depati dan Ngabi memakai pakaian adat berwarna hitam dan berbenang emas. Dipinggang sebelah kanan diselipkan sebilah keris. Untuk calon Permanti dan Mangku juga memakai pakaian adat dan sebuah tongkat yang terbuat dari kayu pacat.
1. Penobatan Depati
Calon Depati baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : PARBO
Gelar jatuh pusako tibo
PARBO Gelar Depati Santiyudo Pamuncak Alam.
(dibunyikan gong 1X)
2. Penobatan Ngabi
Calon Ngabi baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : AMIRUDDIN S.Pd
Gelar jatuh pusako tibo
AMIRUDDIN S.Pd Gelar Ngabi Teh Santio bawo.
(dibunyikan gong 1X)
3. Penobatan Permanti
Calon Permanti baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : Drs. MULYADI
Gelar jatuh pusako tibo
Drs. MULYADI Gelar Rio Jayo Pamuncak Alam
(dibunyikan gong 2X)
Calon Depati baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : PARBO
Gelar jatuh pusako tibo
PARBO Gelar Depati Santiyudo Pamuncak Alam.
(dibunyikan gong 1X)
2. Penobatan Ngabi
Calon Ngabi baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : AMIRUDDIN S.Pd
Gelar jatuh pusako tibo
AMIRUDDIN S.Pd Gelar Ngabi Teh Santio bawo.
(dibunyikan gong 1X)
3. Penobatan Permanti
Calon Permanti baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : Drs. MULYADI
Gelar jatuh pusako tibo
Drs. MULYADI Gelar Rio Jayo Pamuncak Alam
(dibunyikan gong 2X)
4. Penobatan Mangku
Calon Mangku baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : Drs. FARMADI
Gelar jatuh pusako tibo
Drs. FARMADI Gelar Pemangku Rajo
(dibunyikan gong 2X)
Selesai penobatan semua Depati - Ngabi, Permanti dan Mangku, semuanya berdiri untuk di adakan pengambilan sumpah dengan membacakan Parbayo (sumpah). Sumpah itu benar - benar menjadi sikap, perilaku, dan pola pikir seorang pemimpin adat. Hal tersebut tampak dari nilai - nilai yang terkandung dalam setiap butir sumpah tersebut. Sumpah tersebut mengingatkan Depati agar tidak menggunting dalam lipatan atau mencari kesempatan dalam kesempitan. Kemudian tidak membuat fitnah dan hasutan, tidak bisa berbuat lain dimulut lain dihati. Tidak boleh menghadapi orang dari belakang dan juga menuntun para pemimpin adat agar tidak menghindar dari masalah sebab seorang pemimpin dituntut mampu menyelesaikan semua masalah yang dihadapi rakyatnya.
Apabila Pemangku Adat melanggar sumpah itu atau tidak menjalankan tugas dan kewajibannya, maka akan dikutuk Sumpah Karang Satio nan Semangkok.
Keatas tidak akan berpucuk,
kebawah tidak akan berurat,
tengah - tengah dijarum kumbang.
Padi ditanam ilalang tumbuh,
kunyit ditanam putih isi.
Ikan dipanggang tinggal tulang,
anak dipangku jadi batu.
Calon Mangku baru dipanggil naik ke pentas secara bergantian lima orang. Sampai diatas pentas disebutkan namanya satu persatu seraya menjatuhkan Gelar Sko yang akan dijabatnya.
Misalnya: No.1 Nama : Drs. FARMADI
Gelar jatuh pusako tibo
Drs. FARMADI Gelar Pemangku Rajo
(dibunyikan gong 2X)
Selesai penobatan semua Depati - Ngabi, Permanti dan Mangku, semuanya berdiri untuk di adakan pengambilan sumpah dengan membacakan Parbayo (sumpah). Sumpah itu benar - benar menjadi sikap, perilaku, dan pola pikir seorang pemimpin adat. Hal tersebut tampak dari nilai - nilai yang terkandung dalam setiap butir sumpah tersebut. Sumpah tersebut mengingatkan Depati agar tidak menggunting dalam lipatan atau mencari kesempatan dalam kesempitan. Kemudian tidak membuat fitnah dan hasutan, tidak bisa berbuat lain dimulut lain dihati. Tidak boleh menghadapi orang dari belakang dan juga menuntun para pemimpin adat agar tidak menghindar dari masalah sebab seorang pemimpin dituntut mampu menyelesaikan semua masalah yang dihadapi rakyatnya.
Apabila Pemangku Adat melanggar sumpah itu atau tidak menjalankan tugas dan kewajibannya, maka akan dikutuk Sumpah Karang Satio nan Semangkok.
Keatas tidak akan berpucuk,
kebawah tidak akan berurat,
tengah - tengah dijarum kumbang.
Padi ditanam ilalang tumbuh,
kunyit ditanam putih isi.
Ikan dipanggang tinggal tulang,
anak dipangku jadi batu.
Tradisi masyarakat
kerinci dalam mengadakan kenduri sko, salah
satunya terdapat pidato adat
yang di sebut
deto talitai .
Deto talitai ialah
rangkaian pidato adat yang
di
sampaikan dalam bahasa berirama
, di lakukan sewaktu upacara kenduri sko (adat) dan pengukuhan
gelar kebasaran tertua adat
atau kepala suku
Depati ataupun Ninik Mamak. Pidato adat ini
berbentuk prosa berirama dan di dalamnya terdapat pepatah petitih .
Setelah penyampaian pidato deto
talitai oleh orang
yang di
tugaskan biasanya seseorang yang berjabatan Pemangku,
Ninik Mamak , Depati atau setingkat
depati. Diikuti dengan maklumat
sumpah karangsetio yang berisi
peringatan keras pada orang yang menyandang gelar sko
yang di kukuhkan
pada hari ia
di nobatkan menjadi ketua adat (depati). Sumpah karang setio
tersebut secara umum
terdapat pada masing–masing
lurah atau wilayah persekutuan adat kerinci.
Di bawah ini di kutip
salah satu bunyi
pepatah petitih penobatan dalam wilayah
persekutuan adat Depati
nan Berujuh Tanah Mendapo
:
“Rapek - rapeklah anok janteang anok batino
dalon dusun ineih dengea pasak - pasak.
Adepun kamai ineih melakaukan
buot dingon karang
setio, di ateh baserau
ngan baimbea anok janteang anok batino
, kepado umoh kapado tango
, kapado laheik kapado jajo, manganengohkan
tando kbea sikou breh sratauh
, ndok jadi Depatai
dan Permentai.
Lah Bapapah babimboing kapado Depati nan Batujeuh, Pamangkau nan Baduea
sarto Permentai nan Spulauh. Sudeah niang di pabuot, jadinyo Depati Nan
Batujeuh , batinonyo Pamangkau Nan Baduea,
lahirnyo kamai Ngabi Teh
Santio Baweo batinnyo Depati Nan Batujeuh
, sudeah di parbuot di ateh
umoh patelai, sandinyo padek tanoh
krajaan , lubeuk mmeh pendannyo mmeh, sungei
bremeh tanjoun bajure ,
di ateh tanoh ngan sabingkeh,
di bawah pawon ngan
sakakai , bahimpoung piagea ngan tujeuh pucauk pado keri
Pendok Anggo Lumpaing. Masauk pado karang stio ngan samangkauk. Sapo ngising
kno miang , sapo nguyang
kno rbeah, sapo
mancak mulih utang, sapo
nindeih mulih garoih.
Ideak bulieh nuhok kawang
saireing, ideak bulieh nguntein
kae dalon lipatan.
Ideak bulieh bakuroak bakandon daleang,
ideak bulieh pepak di luo unceing di dalon.
Kalou di
parbuot , padoi di tanang
lalang tumbouh,
kunyaet di tanang puteih isi
, anak di pangkau jadi bateu. Ngadeak
ka ilei di kutuk Tuhang,
ngadeak ka mudeik di kutuk
Tuhang,
di kutuk qur’an 30
jeuh di makon
biso kawai .
Ka dateh ideak bapucauk , ka bawoh ideak baurak ,
di tengoah di jarum
kumbang. Di bageh ingak pado
sagalo anok janteang anok batinoa, jiko awak ideak di labeuhkan
glea, di
jadikan rekak dengon rekik, di jadikan rujuk dingon undou.
Manggulung si lengan bajeu ,nyingkak kaki sirwang
, nambak bateu di balei,
manikang kapalo karto , ngato awak di
luo adeak di
luo pusko, ngandang saumo ideuk.
”itoh salah!”
Didendo dingan breh saratauh
kbou sikau. Kalou
traso awak di labeuhkan glo, di jadikan
gleak dingan ilei, di jadikan
tpauk dingan tarai, traso
gedeang malando,
traso panjang ndok malilaik.
Mangupak mangupur balea, bagaligo buleak sakendok atai. Basutang di matao
brajea di atai, babeneak
ka mpou kakai. ”itoh
salah!”
Lahe mulih utang batin di makon
karang stio nan …….
Terjemahan dalam
bahasa Indonesia :
“Rapat – rapatlah anak jantan anak
perempuan dalam dusun
ini,
dengar jelas - jelas.
Adapun kami ini melakukan
buat dengan karang setia, di atas berseru dan berimbau anak jantan anak perempuan ,
kepada rumah kepada tanga ,
kepada larik, kepada
jajar mengenengahkan tanda kerbau seekor
beras seratus hendak jadi
Depati dan Permenti.
Sudah berpapah berbimbing kepada Depati
Nan Bertujuh,
betinanya Pemangku Nan Berdua, lahirnya kami Ngabi
Teh Santio Bawo,
batinnya Depati Nan Bertujuh, sudah di
perbuat di atas
rumah das rumah pateli,
sendinya padat tanah kerajaan,
lubuk emas pandannya
emas, sungai beremas tanjung berjurai,
di atas tanah yang
sebingkah, di bawah payung yang
sekaki,
berhimpun piagam yang tujuh
pucuk kepada keris
Penduk Anggo Lumping.
Masuk pada karang setia yang semangkuk .
Siapa mengeseh kena miang, siapa menggoyang
kena rebah, siapa berbuat salah, beroleh hutang, siapa menindih beroleh garis. Tidak
boleh menohok kawan seiring,
tidak boleh menggunting
dalam lipatan. Tidak boleh
berkurung berkandang dalam, tidak
boleh pepat di luar
runcing di dalam. Kalau di perbuat
, padi di tanam ilalang tumbuh ,
kunyit di tanam putih isi , anak di pangku jadi batu.
Menghadap ke hilir dikutuk Tuhan, menghadap
ke mudik di kutuk
Tuhan,
di tengah di makan bisa kawi, di
kutuk Qur’an 30 juz, ke atas
tidak berpucuk,
ke bawah tidak berurat, di tengah di jarum
kumbang.
Di beri ingat kepada
semua anak jantan anak betina, jika kita tidak
di berikan gelar,
di jadikan rekak dengan rekik, di jadikan rujuk denagn mundur.Menggulung si lengan baju,
menyingkat kaki celana ,melemparkan batu di balai,menikam kepala kerta mengatakan kita di luar adat, di luar pusaka
, mengandang seumur hidup. ”itu salah!”Di denda beras seratus kerbau seekor.
Kalau terasa kita berikan gelar, di jadikan gelak dengan
ilir,
di jadikan tepuk dengan tari, terasa
besar hendak melanda,
terasa panjang hendak melilit. Mengupak mengupur balai, berbuat
sekehendak hati. Bersutan
di mata , beraja
di hati,
berbenak ke empu kaki. ”Itu salah!”
Lahir dapat hutang ,batin di makan karang setia nan semangkuk.Sekarang
sudah di hangus beras seratus kerbau seekor,
suka jadi suka menjadi, gelar jatuh pusaka
kita……”
Setelah semua acara acara selesai semua pusaka yang telah di bersihkan di letakkan
kembali di tempat adat yang
telah di sediakan
yang bernama rumah gadang kerinci.
NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DIBALIK PROSESI
Prosesi Kenduri Sko di lingkup wilayah Depati nan Bertujuh Sungai Penuh di laksanakan sesuai adat istiadat yang berlaku. Adat yang bersendi syarak – syarak bersendi kitabullah. Adat lamo pusako usang yang tidak lapuk kena hujan – tidak lekang kena panas sejak dahulu sampai sekarang. Setiap tahapan prosesi yang di laksanakan mempunyai nilai-nilai yang sakral.
1) Pencak Silat yang di lakukan oleh para Hulubalang, Tari Iyo – yo dan Persembahan dayang – dayang merupakan kesenian khas Tanah kampung. Nilai yang dapat kita ambil dalam kegiatan itu antara lain sikap menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan, siap membela, mempertahankan dan membangun kampung halaman. Seperti tari Iyo-yo dan tari persembahan yang mengandung nilai moral patuh dan hormat kepada pemimpin.
2) Nilai – nilai Historis (sejarah) yang mengalir dalam prosesi penurunan pusaka daerah Tanah kampung. Mengurai perjalanan sejarahnya kepada khalayak sehingga mengingatkan masyarakat pada nenek moyangnya dahulu.
3) Penobatan para Depati, Ngabi, Permanti dan Mangku serta proses pembacaan sumpah yang mengandung nilai rasa tanggungjawab atas tugasnya sebagai Pemangku Adat sesuai dengan jabatan (gelar Sko) yang diberikan kepadanya.
BAB
III
PENUTUP
- SIMPULAN
Kenduri Sko adalah Kenduri yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk mengangkat Pemangku Adat seperti Depati, Ngabi, Permanti dan Mangku. Untuk mengangkat Depati-Ngabi harus memotong kerbau satu ekor dan menghanguskan beras seratus gantang. Sedangkan mengangkat Permanti dan Mangku harus memotong kambing satu ekor dan menghanguskan beras dua puluh gantang. Hewan yang dipotong seperti kerbau, kambing dimasak menjadi gulai. Beras dimasak menjadi nasi dan dibungkus dengan daun pisang dan dibentuk segi empat (dalam bahasa kerinci disebut Nasi Ibat). Semuanya dihidangkan untuk dimakan bersama-sama (kenduri).
Selain itu, Kenduri Sko juga dilaksanakan untuk memperlihatkan benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang yang diwariskan turun temurun. Pelaksanaan Kenduri Sko diawali dengan Minta ajun arah (minta izin) kepada para pemangku adat di Rumah Gedang. Kemudian prosesi awalnya dimulai dengan pertunjukan kesenian tradisional dilanjutkan penurunan pusaka, Penobatan Gelar Depati, Ngabi, Permanti dan Mangku serta diakhiri dengan doa bersama.
2. SARAN
Upacara adat Kenduri Sko sebenarnya telah lam tidak dimunculkan akibat kurangnya kepedulian. Namun, sejak beberapa tahun belakangan ini, upacara Kenduri Sko mulai digali kembali.
Upacara Kenduri Sko yang dilaksanakan bukan hanya sebatas pertunjukan seni tradisional saja melainkan penganugerahan gelar adat sebenarnya. Dimana nantinya Pemangku Adat yang sudah diangkat diharapkan dapat menjalankan adat dalam negeri, membimbing anak kemenakan, menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang keruh, meluruskan yang bengkok, mempertautkan yang retak dan menyambung yang sudah putus.Pemangku adat haruslah menjadi suri teladan anak kemenakan dan masyarakat, berjalan lurus, tidak boleh terasa besar mau melanda, terasa panjang mau melilit, menggunting dalam lipatan, telunjuk lurus kelingking berkait.
Penulis sebagai putra daerah Kerinci juga mengharapkan agar upacara adat Kenduri Sko ini terus dijadikan satu agenda tetap Pemerintahan Kabupaten Kerinci khususnya daerah Tanah kampung seiring dengan misi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kerinci menghidupkan seni budaya tradisional untuk meningkatkan kunjungan wisata.
DAFTAR PUSTAKA
Afanti, S. 2007.
Peradaban Suku Kerinci dan Tata Tertib Adat Depati Nan
Bertujuh.
Kerinci.
Banawiratma,
J. S. 1991. Iman, Pendidikan, dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:
Penerbit
Kanisius.
[Bappeda].
2010. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota Sungai Penuh
Tahun 2010.
Pemerintah Kota Sungai Penuh.
[Disparbud].
2003. Adat dan Budaya Daerah Kerinci. Kerinci: Pemerintah
Kabupaten
Kerinci.
[Disparbud].
2004. Sejarah Perjuangan Rakyat Kerinci Mempertahankan
Kemerdekaan
Republik Indonesia 1945-1949. Kerinci: Pemerintah
Kabupaten
Kerinci.
Djakfar, I.
dan Indra, I. 2001. Menguak Tabir Prasejarah di Alam Kerinci.
Pemerintah
Kabupaten Kerinci.
0 komentar