Mengikuti arah keikhlasanku
Berlimpah air menghadang
Mengetahui bahwa aku ikhlas melawan deras.a
Ku tak tau apa arti ikhlas yang sering kali ku lontarkan
Ucapan di balut senyum
Tetapi tak satu pun yang tahu
Di balik sisik indahku terasa ada yang membentur
Seakan tidak terima dengan kata yang terucap
Gelembung-gelembung itu telah menjadi saksi keikhlasanku
Dibawa deras bersama beningnya air
Sejenak kurasakan kesenangan
Gelembung itu tak tampak lagi dari pandanganku
Tak ingin ku menyusulnya
Aku seddang menunggu
Dengan terpaan air yang begitu deras
Aku tetap pada posisiku
Pada penungguanku
Aku menginginkan sesuatu yang tak pernah ku ucapkan
Berharap dia mengetahui
Namun aku hanya tersenyum lucu
Aku tahu,
Tidak akan pernah ku dapatkan itu
Tidak ada arus yang dapat menyampaikan keinginanku
Aku menunggunya dengan sabar
Sesaat kata itu terlontar
Ada goncangan yang berbeda di balik tulang-tulang tajamku
Ku ulangi
Lepaslah tetesan bening dari mataku
Lebih bening dari jenisnya
Tetesan itu pun berbaur setelah lepas dari tempatnya
Mengindahkan sekelilingku
Tak dapat ku mengenali tetesan itu lagi
Entah kapan berakhirnya penungguanku ini
Semakin lama ku rasakan sirip lembut yang terbelai ini tidak lagi mampu bertahan
Ku paksa demi harapanku
Terbayang belaian lembutnya memperbaiki sisik-sisikku yang lemah
Memelukku dengan kedua siripnya
Menyayangiku dengan tatapan matanya
Seakan dia telah datang
Berlimpah air menghadang
Mengetahui bahwa aku ikhlas melawan deras.a
Ku tak tau apa arti ikhlas yang sering kali ku lontarkan
Ucapan di balut senyum
Tetapi tak satu pun yang tahu
Di balik sisik indahku terasa ada yang membentur
Seakan tidak terima dengan kata yang terucap
Gelembung-gelembung itu telah menjadi saksi keikhlasanku
Dibawa deras bersama beningnya air
Sejenak kurasakan kesenangan
Gelembung itu tak tampak lagi dari pandanganku
Tak ingin ku menyusulnya
Aku seddang menunggu
Dengan terpaan air yang begitu deras
Aku tetap pada posisiku
Pada penungguanku
Aku menginginkan sesuatu yang tak pernah ku ucapkan
Berharap dia mengetahui
Namun aku hanya tersenyum lucu
Aku tahu,
Tidak akan pernah ku dapatkan itu
Tidak ada arus yang dapat menyampaikan keinginanku
Aku menunggunya dengan sabar
Sesaat kata itu terlontar
Ada goncangan yang berbeda di balik tulang-tulang tajamku
Ku ulangi
Lepaslah tetesan bening dari mataku
Lebih bening dari jenisnya
Tetesan itu pun berbaur setelah lepas dari tempatnya
Mengindahkan sekelilingku
Tak dapat ku mengenali tetesan itu lagi
Entah kapan berakhirnya penungguanku ini
Semakin lama ku rasakan sirip lembut yang terbelai ini tidak lagi mampu bertahan
Ku paksa demi harapanku
Terbayang belaian lembutnya memperbaiki sisik-sisikku yang lemah
Memelukku dengan kedua siripnya
Menyayangiku dengan tatapan matanya
Seakan dia telah datang
Karya : Rischa rezandra
0 komentar